Kita telah mengetahui nilai-nilai etika dan prinsip-prinsip dasar menuju hidup yang berarti. Bahwa manusia tidak akan meraih kesuksesan hakiki atau menikmati kebahagiaan kecuali mengetahui prinsip-prinsip dasar yang dijadikan sebagai akhlak yang luhur.
Perang bukan hanya perang fisik di medan tempur tetapi juga perang melawan hawa nafsu yaitu peperangan yang medannya lebih besar dari perang fisik. Karena jika dalam medan perang hanya ada satu kubu yang perlu dikalahkan sedangkan dalam perang melawan diri meliputi banyak hal yaitu cara pandang, perasaan, hawa nafsu, ketamakan, dorongan hati dan lain-lain.
Kesuksesan bisa menjadi suatu kenikmatan ketika kesuksesan itu berasal dari ketenangan jiwa dan keadilan antara manusia. Keberhasilan yang sesungguhnya hanya bisa dinikmati kalau bersumber dari nilai-nilai.
Diantara nilai-nilai tersebut adalah akhlak yang baik, adil, jujur, senantiasa bersyukur, berbuat kebajikan, tidak sombong, tepat janji, ramah dan suka bergaul, ikhlas, jauh dari dengki dan dendam, membalas keburukan dengan kebaikan dan lain sebagainya.
Pertama, jadilah orang yang berakhlak. Akhlak hanya bisa dinilai tatkala seseorang melakukan hubungan dengan manusia lainnya. Betapa banyak orang yang berakhlak tatkala sedang jauh dari manusia, namun tatkala dia melakukan kontak sosial maka tersingkaplah jati dirinya yang sebenarnya.
Kedua, adil. Orang yang adil meletakkan sesuatu pada tempatnya, memberikan hak-hak orang lain secara seimbang.
Ketiga, jujur. Kejujuran adalah pilar utama keimanan, kesempurnaan kemuliaan, saudara keadilan dan pokok kebaikan segala sesuatu.
Keempat, senantiasa bersyukur. Orang yang hidupnya berkah dan bermakna adalah orang yang bersyukur dalam keadaan apapun baik dalam suka maupun duka, lapang maupun sempit. Kelima, berbuat kebajikan. Orang sukses yang pelit akan dibenci oleh orang di sekitarnya. Orang seperti ini ibarat pohon basil yang kelihatan sangat cantik namun bila didekati tercium aroma busuknya.
Keenam, tidak sombong. Kesombongan bersumber dari sikap yang suka membangga-banggakan diri sendiri. Orang yang sombong adalah orang yang merasa dirinya adalah segalanya. Merasa lebih tinggi dalam hal tertentu dari orang lain.
Mereka lupa bahwa segala sesuatu yang ada pada dirinya adalah titipan Allah. Ingat, janganlah kita sampai lupa diri bahwa semua yang ada pada kita hakikatnya adalah bukan milik kita.
Ketujuh, tidak munafik. Selama dalam diri seseorang masih tersimpan sifat-sifat seperti itu maka selama itu pula seseorang tidak akan merasakan nilai dari kesuksesan dan kebahagiaan yang sesungguhnya. Sifat-sifat munafiknya itu telah menodai hatinya sehingga ia didera rasa gelisah, tidak tentram dan gundah.
Kedelapan, ikhlas. Orang yang tulus jauh dari penyakit hati seperti dengki, dendam dan permusuhan. Ketulusan dan keikhlasan seseorang terlihat dari sifatnya yang rendah hati dan berusaha menyembunyikan setiap kebaikan yang ia lakukan. Kesembilan, membalas keburukan dengan kebaikan. Salah satu akhlak yang baik adalah membalas perlakuan buruk orang terhadap kita dengan kebaikan dan senyuman bukan dibalas dengan keburukan juga. []