
Sentra ikan hias Tegallega: Lokasi favorit berburu
Oleh Noverius Laoli – Jumat, 13 April 2012 | 15:34 WIB
Ikan hias tak pernah
sepi peminat. Dengan bentuknya yang lucu dan warna yang indah, banyak
yang jatuh hati dengan ikan hias. Lantaran penggemarnya berjibun, tak
heran banyak bermunculan sentra penjualan ikan hias.
Di Bandung,
Jawa Barat, sentra ikan hias bisa ditemui di sekitar Jalan Peta, dekat
kawasan Teggallega. Sentra ikan hias ini berada tidak jauh dari kawasan
Monumen Lautan Api, Tegallega.
Di tempat ini, terdapat sekitar
126 pedagang ikan hias. Kios ikan hias di tempat ini tidak ada yang
permanen. Hanya berbentuk tenda di pinggir jalan, dan mulai beroperasi
pukul 06.00 WIB- 18.00 WIB. Para pedagang menjajakan berbagai jenis ikan
hias, seperti ikan koi, cupang, komet, dan arwana.
Salah
seorang pedagang ikan hias, Muhamad Edy, 41 tahun, mengisahkan, sentra
ikan hias di Jalan Peta sudah ada sejak tahun 1980. Awalnya, hanya ada
tiga pedagang ikan hias yang mangkal di tempat ini.
Itu pun
belum menetap karena masih keliling Kota Bandung dengan menggunakan
gerobak dorong. Lambat laun, mereka kemudian memilih menetap di trotoar
Jalan Peta ini.
Lantaran penggemar ikan hias terus bertambah,
pedagang ikan hias yang mangkal di tempat ini juga semakin ramai. Edy,
pedagang lain di tempat ini mengaku sudah berjualan ikan hias selama 12
tahun. “Tapi jualan di Jalan Peta ini baru enam tahun ini, sebelumnya
keliling,” ujarnya.
Ikan hias yang dijajakannya cukup beragam,
seperti koi, komet, metalik, dan arwana. Harga jualnya bervariasi. Untuk
ikan koi kecil dibanderol Rp 10.000 per tiga ekor. Sementara yang agak
besar dibanderol Rp 5.000-Rp 20.000 per ekor.
Yang harga jualnya
paling mahal adalah ikan arwana. “Ikan arwana super red paling mahal,
mulai dari Rp 1,5 juta per ekor sampai Rp 10 juta,” jelas Edy.
Edy
mengaku, bisa meraup omzet rata-rata Rp 500.000 per hari atau Rp 15
juta per bulan dengan laba bersih sekitar 50%. Kendati labanya besar,
risiko berjualan ikan hias juga tinggi. Salah satu risikonya, “Ikan
banyak mati kalau salah urus,” ujarnya.
Pedagang lain, Sultan,
33 tahun mengaku, sudah berjualan di sentra ikan hias di Jalan Peta
sejak tiga tahun terakhir. Dalam sehari, ia bisa meraup omzet rata-rata
Rp 400.000, atau Rp 12 juta hingga Rp 16 juta per bulan. Adapun laba
bersihnya sekitar 50%-60%.
Ia menjual berbagai jenis ikan hias
dengan harga mulai dari Rp 10.000 – Rp 200.000 per ekor. “Tergantung
jenis ikan dan warnanya,” ujarnya.
Samina, 35 tahun, pedagang
ikan hias di sentra tersebut mengaku, telah berjualan sejak setahun
terakhir. Ia mengawali usaha ini dengan modal kecil sehingga, ikan hias
yang dijualnya tidak banyak dan bukan jenis ikan mahal. Di kiosnya, ia
hanya menjajakan ikan koi, komet, dan beberapa jenis ikan lainnya.
“Harganya mulai Rp 10.000-Rp 20.000 per ekor,” ujarnya.
Omzetnya dalam sehari juga tidak besar. Hanya sekitar Rp 100.000 atau Rp 3 juta hingga Rp 4 juta dalam sebulan.
Semua jenis ikan (2)
Di kalangan para pecinta ikan
hias di Bandung dan sekitarnya, sentra ikan hias di Jalan Peta,
Tegallega sudah lama kesohor. Sentra yang berdiri sejak 1980 ini
diramaikan sekitar 126 pedagang ikan hias yang berjejer di pinggir
jalan.
Hampir semua jenis ikan hias dijual di sentra ini, seperti
ikan koi, komet, koi metalik, dan arwana. Ikan-ikan hias tersebut
dipasok dari berbagai daerah.
Muhamad Edy, salah seorang pedagang
ikan hias, mengaku, mendapat pasokan ikan hias dari Sukabumi, Bogor,
dan Pontianak. Ia biasanya membeli ikan hias langsung dari peternak yang
sudah menjadi langganannya. Selain dari peternak, pasokan ikan hias
juga dia peroleh dari para pengepul atau bandar ikan hias.
Sebagian
besar ikan itu, Edy beli dengan sistem bayar di belakang. Maksudnya,
“Setelah ikan laku terjual, barulah kami bayar ke mereka,” jelas Edy.
Menurut
Edy, kebanyakan ikan hias yang baru ia beli langsung dijual pada hari
itu juga. Ia tidak mau menahan lebih lama ikan hias tersebut karena
takut mati bila tidak diurus dengan baik.
Namun, khusus ikan-ikan
yang harganya mahal semisal Arwana, Edy pelihara dulu selama kurang
lebih satu bulan. Setelah agak besar kemudian ia lego dengan harga Rp
400.000 per ekor. “Waktu saya beli masih Rp 200.000,” ungkapnya.
Untuk
menjaga kelancaran usahanya, Edy selalu menyiapkan dana cadangan
sebesar Rp 10 juta. Dana cadangan itu diperlukan untuk menutup risiko
kerugian bila ada ikan yang mati sebelum sempat terjual.
Untuk
menghindari risiko itu, Edy selalu memperhatikan kondisi ikan yang akan
dibelinya dari para pemasok. Jika kondisinya tampak tidak terurus dan
sudah tidak segar, ia memutuskan untuk tidak membelinya.
Sultan,
pedagang lain, bilang, hampir semua ikan hias yang dijualnya didapat
dari Sukabumi. Kebetulan, sang istri berasal dari Sukabumi, sehingga
memudahkannya menjalin relasi dengan para pemasok ikan dari wilayah
tersebut.
Dia mengklaim, ikan hias asal Sukabumi tergolong bagus.
Jenis ikan hias yang paling banyak dijualnya adalah ikan koi dan mas
koki. “Kedua ikan ini yang paling laris,” ujarnya.
Hampir semua
ikan yang Sultan jual bukan untuk dipelihara di aquarium, tapi di kolam.
Sehingga, ukurannya lebih besar dan harganya lebih mahal. Ia memberi
banderol mulai Rp 10.000 – Rp 200.000 per ekor.
Sedang untuk ikan
arwana, harganya mulai Rp 750.000 – Rp 1,5 juta. Tapi, “Arwana tidak
banyak yang membeli, biasanya dipesan dulu baru saya pasok,” kata
Sultan.
Samina, pedagang ikan hias lain di sentra itu, mendapat
pasokan ikan dari Bogor, Sukabumi, dan Bandung. “Ikan-ikan itu dibawa
oleh bandar,” tuturnya.
Beda dengan Sultan, Samina memilih menjual ikan hias untuk aquarium. Makanya, ia melegonya dengan harga lebih murah.
Setiap akhir pekan dan hari libur
nasional, sentra ikan hias di Jalan Peta, Tegallega, Bandung selalu
dibanjiri pembeli. Selain warga Bandung sendiri, banyak juga pembeli
yang datang dari luar kota. Alhasil, omzet pedagang melonjak. Untuk
mengantipasi lonjakan permintaan, mereka pun menambah modal berjualan.
Setiap
akhir pekan dan hari libur nasional, sentra ikan hias di Jalan Peta,
Tegallega,Bandung selalu ramai pembeli. Pembeli yang datang ke sentra
tersebut bukan hanya berasal dari warga Bandung saja. Tetapi tak sedikit
pula pengujung dari luar Bandung, seperti Jakarta, Tasikmalaya, Ciamis,
dan Garut.
Tak pelak, omzet pedagang saat akhir pekan atau hari
libur nasional bisa meningkat hingga tiga kali lipat dari hari biasa.
Muhammad Edy, pedagang ikan hias di Jalan Peta mengaku, setiap akhir
pekan bisa meraup omzet antara Rp 1,5 juta – Rp 2 juta. Sementara hari
biasa hanya berkisar Rp 500.000 per hari.
“Kalau akhir pekan pada tanggal-tanggal muda, omzet yang saya dapat bisa lebih besar lagi,” ujar Edy.
Menurut
Edy, pembeli di sentra ini masih tetap di dominasi masyarakat dari
wilayah Bandung dan sekitarnya. Sementara dari luar Bandung tidak
sebanyak pembeli dari Bandung. Biasanya, kata Edy, pembeli dari luar
kota ini hanya memesan beberapa ekor saja.
“Sebagian besar dari mereka hanya mencari jenis ikan hias yang tidak ada di daerah mereka saja,” ujarnya.
Lain
halnya dengan pembeli yang berasal dari wilayah Bandung. Selain
intensitas kunjungannya sangat sering, mereka juga membeli hampir semua
jenis ikan hias yang dijual di sentra tersebut.
Sultan, pedagang
lain membenarkan, jumlah pengunjung membludak setiap akhir pekan.
“Pokoknya setiap Sabtu dan Minggu pasti ramai,” ujarnya.
Makanya,
menurut dia, setiap akhir pekan tidak ada pedagang yang libur
berjualan. Sebab, saat itulah kesempatan pedagang untuk meraup omzet
besar.
Ia mengaku, omzetnya pada hari biasa hanya sekitar sebesar
Rp 400.000 per hari. Sedangkan pada akhir pekan bisa mencapai Rp 1 juta
hingga Rp 2 juta.
Samina, pedagang lainnya juga merasakan
peningkatan omzet di akhir pekan. Pada akhir pekan, ikan hiasnya bisa
terjual dua sampai tiga kali lipat dari hari biasa.
Pada hari Senin sampai Jumat omzet yang dikantonginya rata-rata Rp 100.000 per hari. Maka pada akhir pekan, omzetnya berkisar
Rp 200.000-Rp 250.000 per hari. “Saya harus menambah modal dua kali lipat jika menjelang akhir pekan,” ujarnya.
Menurutnya,
hampir semua pedagang menambah modal jualan setiap akhir pekan. Hal itu
untuk mengantisipasi membludaknya pembeli. Jika modal terbatas, ikan
hias yang dijual akan cepat habis, padahal permintaan banyak.
Sultan
mengamini pernyataan Saminah. Setiap akhir pekan, ia mempersiapkan
modal tiga sampai empat kali lebih besar dari modal pada hari biasa.
Adapun
Edy punya strategi berbeda. Selama ini, ia memesan dulu ikan dari para
pemasok. Setelah terjual baru kemudian dibayar. “Saya membeli ikan dari
pemasok setiap hari, jadi ikan tetap segar dan minim risiko kematian,”
ujarnya.
(Selesai)
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-ikan-hias-tegallega-lokasi-favorit-berburu/2012/04/13
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-ikan-hias-tegallega-semua-jenis-ikan-2/2012/04/16
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/sentra-ikan-hias-tegallega-omzet-melonjak-3/?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter