
#Topbisnisonline – #Tren Wisata Tahun 2025: #Staycation, #Eco-Travel, dan #Destinasi Ramah Digital Nomad – Tahun 2025 menandai babak baru dalam dunia #pariwisata global. Pasca-pandemi dan perubahan besar dalam pola kerja serta kesadaran lingkungan, preferensi #wisatawan berubah secara signifikan. Tiga #tren utama yang mendominasi adalah staycation, eco-travel, dan destinasi ramah digital nomad. Fenomena ini tak hanya mencerminkan pergeseran gaya hidup, tetapi juga menunjukkan arah baru industri pariwisata di masa depan.
Baca Juga: Affiliate Marketing di Industri Travel: Peluang Bisnis dari Booking Hotel, Tiket, dan Voucher

1. Staycation: Liburan Tanpa Jauh-Jauh Pergi
Konsep staycation—berlibur di dalam kota atau sekitar tempat tinggal—semakin diminati pada 2025. Kenaikan biaya transportasi global, kesibukan kerja, dan kebutuhan relaksasi cepat mendorong masyarakat untuk mencari pengalaman liburan yang praktis dan hemat waktu.
Faktor pendorong staycation:
- Biaya lebih terjangkau tanpa tiket pesawat atau akomodasi jangka panjang.
- Fleksibilitas waktu bagi pekerja hybrid dan keluarga muda.
- Meningkatnya fasilitas lokal, seperti hotel-hotel urban, resort suburban, dan vila di pinggiran kota.
Staycation kini juga dikemas lebih kreatif, misalnya dengan paket wellness di hotel, glamping, hingga liburan tematik (kuliner lokal, city tour, atau retreat digital detox).
Baca Juga: Bisnis Pemasaran Paket Wisata (DIY Tour): Model Kerja & Strategi Monetisasi
2. Eco-Travel: Liburan Ramah Lingkungan Semakin Populer
Kesadaran terhadap perubahan iklim membuat wisatawan lebih selektif dalam memilih destinasi dan aktivitas wisata. Tahun 2025 menjadi momentum emas bagi eco-travel, yakni berwisata dengan prinsip keberlanjutan.
Karakteristik eco-travel di 2025:
- Menginap di eco-lodge atau hotel yang menerapkan prinsip hijau.
- Menjelajahi alam secara bertanggung jawab (seperti hiking, snorkeling beretika, atau kunjungan ke taman nasional).
- Mendukung komunitas lokal melalui wisata berbasis budaya dan produk UMKM.
Banyak destinasi kini juga berlomba-lomba mendapatkan sertifikasi green tourism, serta memperketat regulasi demi menjaga kelestarian alam dan budaya lokal.
3. Digital Nomad-Friendly Destinasi: Kerja dan Liburan Sekaligus
Fenomena digital nomad terus tumbuh, terutama dengan semakin banyak perusahaan menerapkan sistem kerja remote. Tahun 2025, muncul banyak destinasi yang bertransformasi menjadi tempat ideal bagi pekerja jarak jauh yang ingin bekerja sambil menjelajah dunia.
Ciri khas destinasi digital nomad-friendly:
- Infrastruktur digital yang kuat (Wi-Fi cepat, coworking space).
- Biaya hidup terjangkau.
- Komunitas internasional yang mendukung kolaborasi.
- Akses mudah ke akomodasi jangka panjang.
Beberapa negara bahkan menawarkan visa khusus digital nomad, seperti Indonesia (Bali), Thailand, Portugal, dan Meksiko. Kota-kota seperti Ubud, Chiang Mai, dan Medellín menjadi contoh sukses yang dipelajari oleh banyak daerah lain.
Baca Juga: Perbandingan Program Affiliate Lokal dan Internasional: Tokopedia, Shopee, dan Agoda
Penutup
Tren wisata tahun 2025 menunjukkan bahwa berlibur bukan hanya soal destinasi, tetapi juga nilai dan gaya hidup yang diusung wisatawan. Staycation menawarkan kenyamanan, eco-travel menekankan keberlanjutan, dan digital nomad membuka peluang gaya hidup kerja fleksibel yang tetap produktif. Dunia pariwisata kini tidak hanya bicara tentang tempat, tetapi juga tentang pengalaman yang bermakna dan bertanggung jawab.