Lembaga
pemeringkat global Moody’s Investors Service beberapa waktu lalu
menaikkan peringkat Indonesia hingga masuk sebagai negara layak
investasi. Sebelumnya, predikat ini juga diberikan Fitch Ratings kepada
Indonesia. Moody’s menaikkan peringkat utang Indonesia dari Ba1 menjadi
Baa3 dengan outlook stabil. Artinya, dengan kenaikan ini akan mendorong
lebih banyak dana mengalir ke Indonesia, sekaligus menekan biaya
pinjaman dan menutup kesenjangan dengan negara-negara anggota BRIC
(Brasil, Rusia, India,dan China). Pemberian predikat tersebut
semakin menguatkan pandangan dunia terhadap fundamental ekonomi
Indonesia yang lebih stabil. Indonesia bisa semakin unjuk gigi dalam
percaturan ekonomi dunia. Dengan kata lain, adanya kenaikan peringkat
investment grade menunjukkan kebangkitan ekonomi Indonesia diyakini
sudah di depan mata. Karena itu, diprediksi pada 2013 bakal akan ada
perubahan signifikan, khususnya di dunia entrepreneurship Indonesia. Apalagi,
diprediksi pada 2013 pendapatan per kapita Indonesia bisa mencapai
USD5.000. Dunia wirausaha pun dituntut bisa menghadapi prestasi tersebut
dengan melihat peluang yang bisa dimanfaatkan. Prediksi tersebut
sejatinya disokong dari pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,7% dengan
inflasi 3,7%. Di samping itu, Indonesia masuk dalam G20 dan VIST (negara
dengan pertumbuhan investasi emas tertinggi di dunia). Ditambah lagi,
saat ini muncul kelas menengah di Indonesia yang mempunyai daya beli
yang kuat. Saat ini entrepreneurship juga terlihat booming,
terutama yang dilakukan kaum muda, urban, berpendidikan tinggi dan
mereka yang melek online. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, saat ini
pola Entrepreneur 5000 (E5000) diyakini menjadi jawaban untuk menghadapi
situasi pasar ke depan. Hal ini pula yang dibahas dalam acara
konferensi wirausaha Indonesian Business & Entrepreneurship
Conference (IBEC) 2012 yang dilaksanakan Pillar Business Accelerator,
beberapa waktu lalu di Jakarta. “Untuk menjadi suatu bangsa yang Mandiri
dibutuhkan banyak masyarakat yang menjadi entrepreneur atau pengusaha
daripada menjadi pekerja,” ungkap Lyra Puspa, Founder Pillar Business
Accelerator. Penyelenggaraan acara tersebut selain melihat
momentum ekonomi yang dimiliki Indonesia dengan segala pencapaiannya,
juga bertujuan memberikan edukasi bisnis dan investasi. Di samping
menjadi ajang membuka jaringan antarpengusaha, juga menjalin kemitraan
antara pengusaha dan pihak pendukung seperti pemerintah dan perbankan.
Saat ini, para wirausaha perlu memahami strategi entrepreneur 5000
(E500), di mana mereka harus mampu menghadapi permintaan kelas menengah
yang berpendapatan USD5.000 per tahun. Karena itu, para wirausaha
tidak hanya kuat dalam masalah finansial namun juga memiliki lima sadar
dalam pola E5000, yaitu sadar finansial, sadar komunitas, sadar
spiritual, sadar merek, dan sadar online. Sementara itu Sonny B Sofyan,
salah satu direktur Pillar Business Accelerator, mengatakan saat ini
sejumlah wirausaha muda perlu mendapatkan pendampingan lembaga yang
kompeten dalam menjalankan usahanya. Hal ini bertujuan agar
terjadi transfer pengetahuan sekaligus menguatkan jaringan (networking).
Dengan begitu, para pengusaha muda dapat menjajak kaki lebih kuat dalam
menjalankan usahanya. Hal inilah yang dirasakan Saptuari Sugiharto,
pemilik Kedai Digital. Saptuari merupakan salah satu wirausaha yang
memanfaatkan jaringan bisnis lewat sebuah komunitas dan pendampingan
dari Pillar. Sarjana lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
itu mengaku, selain mendapat tambahan pengetahuan dalam menjalankan dan
mengembangkan usaha, dia juga mendapatkan banyak pengalaman bisnis baru
dari para entrepreneur lain yang tergabung di Pillar. “Tak hanya itu,
saat ini jaringan bisnis saya juga semakin luas sehingga makin
memudahkan saya untuk menjalankan usaha,” ujarnya. (*/Harian Seputar
Indonesia) |