| 
 Setiap ahli dalam aspek teknis yang menemukan teknologi baru atau yangpiawai dalam menciptakan solusi, meyakini bahwa itulah yang diperlukan
 untuk bisa menjadi entrepreneur sukses. Dengan berbekal ketrampilan dan
 pengetahuan teknis yang hebat, seseorang mungkin berpikir menjadi
 entrepreneur sukses hanyalah tinggal selangkah lagi.
 Padakenyataannya, tidaklah demikian. Bisnis yang dibangun karena semata-mata
 keahlian teknis cenderung lebih berisiko dibanding bisnis lain. Solusi
 teknologi yang kurang juga bukan biang keladi yang banyak menjatuhkan
 startup.
 Sebuah survei yang dilaksanakan oleh Duke dan HarvardUniversity terhadap lebih dari 500 perusahaan teknologi menunjukkan
 bahwa hanya 375 pemimpin mereka yang memiliki latar belakang ilmu
 komputer atau teknis. Jelas bahwa para ahli teknis seharusnya berpikir
 dua kali sebelum memiliki asumsi bahwa mereka memiliki kelebihan dari
 orang lain dalam menjadi entrepreneur sukses.
 Kini ada banyaksumber daya di luar sana untuk membantu entrepreneur yang berlatar
 belakang teknis seperti buku terbaru oleh Krishna Uppuluri, “Engineer to
 Entrepreneur: The First Flight.” Ia mengidentifikasi kesalahan persepsi
 bisnis terutama dari kebanyakan pakar teknis, dan memberikan pendekatan
 latihan untuk memberikan batu pijakan awal dalam berbagai aspek
 kegiatan bisnis.
 Berikut merupakan sejumlah poin yang patut diketahui:1.
 Setiap orang mencintai ide bagus dan teknologi canggih: Sebelum
 menginvestasikan waktu dan uang yang begitu banyak pada sebuah ide dan
 teknologi canggih, entrepreneur semestinya menguji viabilitas komersial.
 Hal itu berarti mengevaluasi riset pasar pihak ketiga, mendapatkan
 masukan pelanggan yang konkret dari purwarupa/ prototipe, dan
 mendengarkan kecemasan dan keluhan staf yang berhasil dalam bidang
 bisnis yang relevan.
 2. “Saya harus bekerja sendiri agar kualitasterjaga”: Para pakar teknis sering berpikir bahwa masalah bisnis bisa
 dipecahkan kemudian. Bekerja sendiri, atau dengan pakar teknis lainnya,
 merupakan langkah yang baik untuk mereka yang introvert agar mereka
 mampu mengendalikan dengan lebih baik dan meminimalkan gangguan. Sebuah
 tim dengan ketrampilan yang begitu majemuk lebih sukar diatur tetapi
 akan berpeluang lebih tinggi untuk mampu mewujudkan bisnis yang
 berkembang pesat dan besar.
 3. “Marketing cuma omong kosong danpenjualan ialah ilmu sihir”: Peribahasa lama, “Jika kita membangunnya,
 mereka akan datang” mungkin berasal dari kalangan insinyur, menghadapi
 persaingan, atau berkomunikasi dan membelokkan tawaran dalam bidang
 industri tertentu. Dengan banjir informasi yang terjadi sekarang, seni
 menjual yang efektif merupakan kebutuhan yang mutlak.
 4. “Kamiharus maksimalkan fungsionalitas sebelum fokus pada pelanggan”:
 Kenyataan bisnis yang harus dihadapi ialah bahwa Anda tidak bisa
 merekayasa fungsionalitas hingga Anda fokus pada pelanggan.
 Fungsionalitas yang terlalu tinggi juga menjadi sumber kegagalan. Kunci
 keberhasilan entrepreneuer sekarang ini seharusnya ialah menjual lebih
 cepat, buat perubahan dan lakukan secara berulang.
 5. “Pakarteknis yang baik membenci ketidakpastian dan risiko”: Seorang
 entrepreneur yang baik menerima risiko sebagai sebuah peluang. Hasilnya
 solusi yang dirancang pakar teknis bis ajadi terlalu sedikit atau sempit
 dan terlambat jika dinantikan pelanggan dalam pasar yang makin dinamis
 sekarang ini. Megelola risiko itu bagus, melenyapkan risiko buruk bagi
 startup.
 6. “Kami tidak bisa mencemaskan mengenai upaya perolehankeuntungan hingga kami selesai membuat produk”: Jika Anda tak bisa
 menghasilkan laba, itu bukan bisnis. Aspek-aspek bisnis seperti cakupan
 pasar, demografi konsumen, manufaktur, distribusi dan biaya pendukung
 harus ditetapkan atau usaha Anda akan sia-sia saja. Menjalankannya
 dengan baik dan profesional tetapi tanpa anggaran yang benar akan
 membuat konsumen menjauh.
 7. “Pendanaan luar picu kerugiankendali dan tekanan berlebihan untuk menyelesaikan pekerjaan”: Pendanaan
 mirip seperti mesin penggerak utama dalam perusahaan jika digunakan
 dengan benar. Investor menyukai untuk memberikan pendanaan bagi
 perusahaan yang tumbuh pesat dan skala bisnis modelnya makin teruji bagi
 entrepreneur, dan mereka menghindari dengan segala cara pendanaan riset
 dan pengembangan bagi para programmer/ teknisi. Sehingga muncul tekanan
 untuk menyelesaikan pekerjaan.
 Meski begitu, terdapat banyakcontoh lainnya mengenai perusahaan hebat yang dipimpin insinyur misalnya
 Microsoft saat dipimpin Bill Gates, Oracle oleh Larry Ellison dan
 Google oleh Larry Page. Ini semua menjadi bukti nyata bahwa menempuh
 langkah dari teknisi menjadi entrepreneur atau tim dengan seseorang yang
 bisa memberikan ketrampilan pelengkap dan perspektif yang lebih segar.
 Sebenarnya,sebagaimana dikatakan Krishna dalam bukunya, sekarang saatnya mereka
 yang menguasai sisi teknis untuk beralih kuadran menjadi entrepreneur.
 Internet merupakan alat yang baik yang memungkinkan kita semua
 mengembangkan ketrampilan secara lebih mendalam dan cepat. (*AP)
 |