
Fabian Januarius Kuwado | Hertanto Soebijoto |
Senin, 7 Mei 2012 | 11:44 WIB
KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Hendardji Soepandji
JAKARTA, KOMPAS.com –
Pengelolaan sampah merupakan salah satu permasalahan bagi warga Jakarta.
Selain berhubungan dengan kenyamanan dan kebersihan ruang publik,
sampah pun bisa mengakibatkan penyakit bagi manusia. Oleh sebab itulah
pengelolaan sampah jadi PR bagi calon pemimpin Ibu Kota.
Bakal
calon gubernur DKI Jakarta jalur independen, Hendardji Soeapandji
memaparkan tiga hal yang menyebabkan tingginya volume sampah di Ibu Kota
yang tak kunjung usai. “Pertama, Perda tentang sampah yang tidak
efektif dikarenakan tidak memuat sanksi hukum. Kedua, jumlah sampah yang
berbanding lurus dengan pertambahan penduduk yang tidak diiringi
pelayanan yang baik dari pemerintah. Dan ketiga, jumlah tempat sampah
yang kurang di Jakarta,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Minggu
(6/5/2012).
Dia mengatakan, jika tata kelola sampah di Jakarta
dilakukan dengan manajemen yang baik, sampah-sampah tersebut bisa
‘disulap’ menjadi uang. Jika dia terpilih untuk memimpin Jakarta,
Hendardji pun berencana melakukan kerjasama dengan pihak swasta dan
melakukan pemberdayaan masyarakat untuk permasalahan yang satu ini.
“Kalau
dikelola dengan baik, bagaikan sulap saja, sampah bisa jadi uang, jadi
pupuk misalnya, dan sampah juga bisa menjadi sumber energi listrik.
Sampah organik bisa diproses jadi pupuk, nah yang nonorganik bisa didaur
ulang, kan bisa jadi industri yang menguntungkan,” ujarnya.
Jakarta
merupakan kota penghasil sampah terbesar. Per hari, sebanyak 6.500 ton
dihasilkan oleh aktivitas warga Jakarta. Untuk itu, idealnya setiap RT
di Jakarta memiliki Tempat Pembuangan Sementara (TPS) untuk sampah
organik dan non organik.
“Jika ada 13.000 RT di Jakarta, maka
seharusnya terdapat 26.000 tempat sampah. Pengelolaan sampah dari hulu
ke hilir harus dimulai dari rumah tangga dengan memisahkan sampah
organik dan anorganik,” kata Hendardji.
Tak berhenti hingga
disitu, dia pun berencana untuk membuat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di
setiap wilayah di Jakarta. Menurut Hendardji, setelah setiap RT
memiliki TPS, maka tiap satu jam sekali kendaraan pengangkut sampah
mengambil sampah agar tidak menumpuk dan menyebabkan ketidaknyamanan
bagi warga.
Setelah semua mekanisme tersebut berjalan, program
merangsang warga untuk meningkatkan kebersihan lingkungan pun dilakukan.
“Bagi warga yang rumahnya paling bersih sesuai dengan sosialisasi dari
pemerintah, maka akan dapat hadiah,” katanya, namun Hendardji tidak
menyebutkan jenis hadiah yang akan diberikan.
Sumber:
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/05/07/11442383/Hendardji.Bisa.Sulap.Sampah.Jadi.Uang