Investasi Saham atau Trading Saham, Mana Lebih Baik? (Bagian II)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Pos ini adalah lanjutan dari “Investasi Saham atau Trading Saham, Mana Lebih Baik? (Bagian I).”

Setelah membaca Bagian I, anda mungkin menjadi bingung dan bertanya, “Jadi sebenarnya mana yang lebih baik, investasi saham atau trading saham?”

Saya tidak bermaksud membingungkan anda tetapi ingin menunjukkan satu prinsip penting yang harus anda pegang jika mau sukses main saham:

Hanya karena pakar menganjurkannya, tidak berarti hal itu baik untuk anda.
 
[Prinsip ini harus juga anda terapkan pada semua saran di blog ini: jangan ditelan bulat-bulat; bandingkan dulu dengan kondisi anda.]

Mengapa?

Karena anjuran pakar sifatnya umum tetapi anda adalah unik. Begini contohnya: pakar kesehatan menganjurkan kita untuk berolahraga, suatu anjuran yang baik. Tapi “berolahraga” itu tidak spesifik. Apakah artinya kita harus angkat beban atau lari atau berenang atau main badminton? Apakah kita harus melakukannya setiap hari, dua hari sekali, tiga hari sekali, atau setiap minggu? Kalau berolahraga melebihi kemampuan fisik, kita malahan bisa sakit atau cedera, bukannya sehat.

Jadi, untuk menentukan apa yang baik untuk kita, kita jangan menerima langsung semua yang dianjurkan pakar, tetapi harus terlebih dahulu menganalisa diri kita sendiri. Untuk menjawab pertanyaan “Mana yang lebih baik, investasi saham atau trading saham” anda harus terlebih dahulu menimbang tiga hal berikut:

  1. Tingkat kesabaran anda
  2. Waktu yang dialokasikan
  3. Toleransi terhadap resiko


Tingkat kesabaran

Kalau anda tipe sabar, investasi lebih cocok; kalau tidak sabar, trading lebih cocok.

Saya rasa ini cukup jelas. Jika anda tipe tidak sabar tapi memilih strategi beli-dan-pegang, anda akan tergoda menjual ketika saham baru naik sedikit. Setelah anda jual, saham mungkin akan naik dan terus naik. Anda kehilangan kesempatan untung lebih banyak karena ketidaksabaran anda.

Waktu yang dialokasikan

Kalau anda tidak bisa meluangkan banyak waktu, jangan memilih trading. Pilihlah investasi.

Investasi jangka panjang memberi anda kesempatan untuk mengambil keputusan tanpa buru-buru. Strategi ini juga membebaskan anda dari keharusan memantau harga saham setiap menit.

Lain dengan trading. Kalau anda memilih trading tapi anda sering sibuk dengan kegiatan lain, saham anda mungkin sudah turun ketika anda sempat memantau harganya.

Toleransi terhadap resiko

Kalau anda punya toleransi tinggi terhadap resiko, pilih investasi; kalau tidak, pilih trading.

Kalimat di atas terdengar kontradiktif, tapi tidak demikian. Investasi jangka panjang berarti kita beli-dan-pegang saham terus menerus. Artinya, seorang investor harus tahan mental melihat saham yang ia miliki turun dari Rp 5000 ke 4000 ke 3000 ke 2000 ke 1000. Selama kondisi perusahaan memenuhi kriteria yang ia terapkan, si investor tetap memegang saham tersebut.

Tapi perlu juga anda perhatikan bahwa selama anda memegang saham suatu perusahaan, kondisi perusahaan bisa berubah dari baik menjadi buruk karena hal-hal yang tidak kita perhitungkan.

Ada baiknya saya ilustrasikan dengan contoh. Misalnya kita beli-dan-pegang saham pabrik A di harga Rp 1000. Setelah 1 tahun, saham itu naik menjadi 1200. Anda senang karena, di atas kertas, sudah untung 20%. Tiba-tiba pabrik A hangus dilalap api. Saham A anjlok dari Rp 1200 menjadi 500. Dalam sekejab, posisi untung 20% berbalik menjadi rugi 50%. Saham A mungkin saja naik lagi ke 1200, tapi tidak ada jaminan hal itu akan terjadi. Kalaupun terjadi, mungkin memakan waktu lama.

Berbeda dengan trading. Trading berarti kita hanya memegang saham dalam waktu pendek. Kalau saham naik, kita jual; kalau turun sampai titik cut loss, juga kita jual. Kita tidak terpengaruh oleh resiko perusahaan atau resiko pasar jangka panjang.


Saya sendiri memilih menjadi trader karena toleransi saya terhadap resiko sangatlah rendah. Saya tidak tahan melihat saham yang saya miliki turun. 

Misalkan saya membeli saham KIJA di 165. Beberapa hari kemudian KIJA turun ke 155. Untuk investor buy-and-hold, posisi rugi Rp 10 (6%) adalah hal yang tidak perlu dipikirkan. Tapi bagi saya, kerugian 6% ini membuat saya tidak enak makan, tidak enak tidur. Daripada tidak bisa tidur, lebih baik KIJA tersebut saya jual dan menelan rugi 6%.

Setelah menganalisa tiga hal di atas, anda siap menentukan sendiri mana yang lebih baik untuk anda, investasi saham atau trading saham. 




Pos-pos yang berhubungan:

  • Target Laba Investasi Saham
  • Target Laba Trading Saham
  • Jack Schwager Tentang Kesamaan Market Wizards

[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Terimakasih telah membaca di Topbisnisonline.com, semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, Aopok.com dan join di komunitas Topoin.com.


Top Bisnis Online
Logo
Compare items
  • Total (0)
Compare
0