Baru-baru ini, seorang CEO multinasional berkata, “Pak Anthony,
sekarang ini makin banyak lulusan perguruan tinggi yang keren-keren,
CV-nya sih kalau dibaca kelihatannya hebat, tapi kalau sudah diterima,
nuntutnya banyak hasilnya tidak seberapa! Atau, ada pengusaha lain yang mengeluh, “Di
tempat kami, karyawannya makin bertambah, tapi profit perusahaan
bukannya berkali lipat tapi masih sama aja. Ada apa dengan
karyawan-karyawan ini?”
Memang. Selayaknya, kalau yang namanya karyawan adalah orang yang
bisa mendukung bisnis dan kemajuan organisasi Anda. Namun, namanya juga
gerombolan manusia yang berada dalam organisasi, akan ada yang bagus
tapi bakalan ada juga yang tidak mampu, bahkan ada yang merusak. Realita
menunjukkan, ada lima tipe karyawan yang bisa menjadi penghancur bisnis
Anda. Ada beberapa alasan mengapa dikatakan sebagai penghancur bisnis
Anda.
Mengapa Disebut Penghancur Bisnis? Pertama-tama, seharusnya yang
namanya karyawan, dia memberikan kontribusi dalam bentuk produktivitas
(target tercapai, atau kalau bisa justru hasilnya melebihi targetnya),
membuat bisnis makin bertumbuh, memberi pelayanan yang semakin baik
serta menciptakan proses bisnis makin yang efisien.
Namun, karyawan penghancur bisnis ini sifatnya betul-betul bertolakan
dengan apa yang disebutkan ini. Dan ujung-ujungnya, jika dibiarkan
untuk jangka panjang, bisnis Andalah yang hancur.
Ini dapat diibaratkan seperti virus yang menjangkiti PC atau laptop
Anda. Ada yang langsung membuat laptop Anda rusak, tapi justru yang
parah adalah adanya virus yang perlahan tapi lama-lama komputer Anda
jadi ‘crash’ sehingga tidak bisa digunakan sama sekali. Inilah tipe yang berbahaya.
Di sisi lain, kita perhatikan bahwa biaya dan gaji tiap bulannya
untuk karyawan tersebut tetap jalan tapi produktivitas yang diberikan
bukan membaik, malah sebaliknya. Nah, apa sajakah ke lilma tipe karyawan ini? Mari kita bahas!
Inilah lima tipe karyawan penghancur bisnismu. Tipe yang pertama,
kita sebut tipe si ternak malas. Kalau kita bicara soal ternak, kan ada
ternak yang betul-betul produktif tetapi ada yang kerjanya
bermalas-malasan menunggu disembelih?
Kalau disebutkan ciri-cirinya, mereka biasanya datang jam 8.30 pulang
5.30 sesuai jam kerja. Mereka minta disuapin dan sekaligus amat
penuntut. Ibaratnya mereka akan diam selama dikasih makan tetapi ketika
telat diberi imbalan ataupun dirasa kurang, mereka akan teriak-teriak.
Namun demikian, kontribusinya mereka pada dasarnya sebenarnya
sedikit, bahkan hampir nggak ngapa-ngapain setiap hari alias malas.
Prinsip mereka adalah “The company should take care of me” (perusahaan mestinya menjaga saya). Contohnya seorang karyawan bernama Atisah di bagian Audit.
Tiap hari, dia hanya mengerjakan apa yang rutin dikerjakan, ketika bel bunyi, ya langsung pulang. Bahkan, kalau tidak ada pengawasan, kerjanya bisa cuma main game
dan, baca koran serta tidak ngapa-ngapain. Setiap bulan menunggu
gajian, syukur-syukur dikasih tambahan. Itulah sekilas soal si ternak
malas ini.
Tipe kedua adalah tipe si masa bodoh. Ciri-ciri utama karyawan tipe ini adalah tidak mau tahu, tidak punya sense of customer service, kerja menurut seleranya dia, tidak mau tahu urusan orang, tidak mau tanggung jawab apalagi kalau ada masalah.
Memang sih, kelihatannya agak sedikit lebih mendingan
daripada tipe si ternak malas. Namun, pada dasarnya sebenarnya sama
saja, mereka tidak memberikan improvement apapun. Prinsip mereka dalam bekerja adalah “It’s not my business, so why care too much” (ini bukan bisnis saya, kenapa mesti terlalu peduli amat).
Sebagai contohnya kasus Benika yang kerja dibagian engineering.
Kebiasaannya adalah mengerjakan tugasnya se-ala kadarnya, rutin. Namun
pikirannya adalah kalau sedikit kerja saja sudah cukup kenapa mesti
kasih inisitif dan membuat perbaikan? Toh yang kaya adalah bos kita.
Ketika ada customer yang komplain, sikap Benika adalah melempar ke bagian lain atau membiarkan begitu aja, toh menurutnya yang komplain akhirnya akan diam juga.
Mulut Besar
Tipe ketiga berikutnya adalah tipe si mulut besar. Biasanya ciri-cirinya adalah kalau meeting bicaranya paling gede, banyak menjanjikan dan ngomong-nya
paling banyak tetapi tidak ada hasilnya. Kadangkala kita lihat
proyeknya terlambat atau malahan tidak seperti yang dikatakan, tetapi
hobinya mengobral janji sana sini (khususnya dengan customer).
Kenyataannya, banyak dari janjinya yang tidak terpenuhi. Prinsipnya kerjanya, “Talk first, because that what people want to hear”
(asal bicara aja dulu, karena itulah yang biasanya orang ingin
dengarkan). Misalkan saja, kasusnya Jane. Kebiasaannya, kalau rapat
bicaranya paling hebat, suka mencari muka, biar kelihatan hebat di mata
bos, tetapi tidak ada yang direalisasikannya. Bisanya, cuma ngomong
doang dan kadang menjanjikan banyak hal pada customer, sama bawahannya, tetapi suka berkelit saat mulai ditagih!
Tipe keempat adalah tipe si politikus. Kebiasaan mereka adalah
suka kasak kusuk dan suka mengumpulkan massa. Mereka punya pengaruh
tetapi lebih sibuk mengurusi dan membicarakan apa yang tidak beres,
serta seringkali jadi provokator.
Kesannya sih mendengarkan aspirasi rakyat tetapi kadang-kadang mereka ‘memancing di air keruh’ dengan menghasut. Prinsipnya ya seperti seorang politikus, “Organization is power struggle, either they win or you win” (organisasi adalah seperti tempat perjuangan kekuasaan, entah kamu yang menang atau dia yang menang).
Misalkan saja, kasus Pak Manan yang seorang supervisor di pabrik.
Pembawaan Pak Manan ini tenang dan anteng tetapi sering bergerilya
megumpulkan massa. Biasanya, di depan meeting dia akan tampak
baik-baik saja, tetapi apapun yang ada di meeting bisa di ‘bocor’ kannya
plus dengan fakta yang seringkali sudah diplintir olehnya.
Tipe kelima, kita sebut sebagai tipe si kriminal. Ciri-ciri
utama mereka adalah suka mencuri dari perusahaan (mengambil apapun yang
bisa diambil dari perusahaan, mulai dari ide sampai benda). Atau,
melakukan sesuatu yang merugikan ataupun membahayakan organisasi namun
meraka tidak punya rasa bersalah sama sekali.
Prinsipnya mereka ini adalah “Take as much as you can, while you can”
(ambil sebanyak-banyaknya, mumpung masih bisa). Misalkan saja, kasus
Erminto, seorang salesman mesin. Apa yang dilakukannya? Erminto ini
bahkan diam-diam membuat bisnis kompetitor dari perusahaannya, diam-diam
bahkan seringkali spart part mesin di perusahan tempatnya bekerja dipreteli olehnya.
Mengapa dan apa tipnya? Pertanyaan yang sering muncul adalah “Mengapa
dan apa yang membuat mereka menjadi karyawan yang seperti itu? Kalau
diteliti, ada beberapa alasan umum: pertama, bisa jadi memang
sudah jadi karakternya, bisa pula karena adanya rasa sakit hati akibat
suatu pengalaman tertentu atau perlakuan buruk yang pernah diterimanya
dulu. Atau, bisa pula akibat sudah terbiasa dari pengalaman dan cara
kerja di tempatnya dulu.
Alasan terakhir adalah karena sudah terbiasa dari pengalaman dan cara
kerja di masa lalu. Atau bisa jadi karena memang tidak pernah ditegur,
dimonitor dan diberikan inspirasi sama sekali untuk menjadi karyawan
yang lebih baik.
Lantas, apakah yang mesti dilakukan ketika mempunyai karyawan yang
semacam ini? Secara umum, adalah dengan menerapkan kaidah APES yakni
Awasi (lihat dan monitor), Petakan (tentukan siap-siapa yang perlu
diawasi), Edukasi (kasih pelatihan ataupun bimbingan) dan jika tidak
berhasil juga, adalah langkah tegas dengan…. Sembelih! (msb)
http://www.bisnis.com/articles/tipe-karyawan-penghancur-bisnismu

