
SENTRA TAPAI CIBODAS, PURWAKARTA, JAWA BARAT
Tapai singkong usaha turun-temurun di Cibodas
Oleh Noverius Laoli – Jumat, 27 Juli 2012 | 16:03 WIB

Desa Cibodas, Purwakarta, Jawa Barat, telah lama
dikenal sebagai sentra tapai singkong. Di Cibodas, proses pembuatan
tapai singkong telah dijalankan secara turun-temurun dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Kendati sudah turun-temurun, sentra pembuatan
tapai di Cibodas masih tergolong industri rumah tangga dengan skala
kecil.
Ketika KONTAN menyambangi sentra ini pada Sabtu (14/7),
nampak sebagian pekerja di industri rumahan pembuatan tapai ini adalah
anggota keluarga berjumlah dua sampai tiga orang.
Sebagian besar
aktivitas produksi dilakukan di rumah. Khusus untuk proses perebusan
singkong sebelum diolah menjadi tapai dilakukan di pekarangan rumah.
Dariyat
Surpatna, salah seorang pembuat tapai singkong di Cibodas bilang, usaha
pembuatan tapai singkong di desanya sudah ada sejak 1950-an. Saat ini,
kata Dariyat, produsen tapai di desanya tinggal tersisa 20 orang saja.
Jumlah
itu sudah jauh berkurang dibandingkan dengan tahun 1950-an. “Pada tahun
1950-an, sebagian besar mata pencaharian penduduk Cibodas dari usaha
pembuatan tapai ini,” kata Dariyat.
Dariyat mengaku, usaha ini
sudah kurang diminati karena kurang menjanjikan. Namun, ia sendiri tetap
memilih menyandarkan hidup dari usaha pembuatan tapai ini.
Dalam
sehari, Dariyat bisa memproduksi 70 kilogram (kg)-100 kg tapai. Dengan
harga jual Rp 4.000-Rp 5.000 per kg, ia meraup omzet Rp 400.000-Rp
500.000 per hari, atau sekitar Rp 12 juta-Rp 15 juta dalam sebulan.
Pemain
lainnya adalah Unang Sanjaya. Ia memilih meneruskan usaha ini lantaran
sulit mencari pekerjaan di kota. Lagi pula, usaha ini sudah menjadi
bisnis keluarga, sehingga tinggal melanjutkan saja.
Dalam
sehari, Unang bisa memproduksi sebanyak 70 kg tapai dengan harga jual Rp
5.000 per kg. Dari situ, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 350.000 per
hari atau sekitar Rp 10 juta per bulan.
Ia mengaku, bisnis ini
masih lumayan menjanjikan. “Apalagi menjelang bulan Ramadan, permintaan
tapai pasti meningkat dibanding hari biasa,” ujarnya.
Sementara
produsen lain seperti Muhammad Dedy mampu memproduksi hingga 90 kg tapai
per hari. Dengan harga jual Rp 5.000 per kg, ia mengantongi omzet
sekitar Rp 450.000 per hari, atau Rp 14 juta per bulan. “Ini merupakan
usaha keluarga yang saya kelola dalam skala kecil,” ujarnya.
Saat
permintaan sedang sepi, harga tapai bisa melorot hingga menjadi Rp
4.000 per kg. Tapi, ia optimistis selama bulan Ramadan ini harga tapai
tetap stabil di level Rp 5.000 per kg.
Selain di wilayah Jawa Barat, produk tapai mereka juga dipasarkan hingga ke wilayah Jakarta.
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/tapai-singkong-usaha-turun-temurun-di-cibodas

