Ketika anda “shopping” apa yang anda cari? Anda mencari “good deal”; anda mencari diskon; anda mencari produk yang sedang promosi beli satu gratis satu. Intinya, ketika berbelanja anda berusaha mencari produk yang harganya lebih murah dari biasanya. Makin murah makin baik.
Tidak heran kalau mayoritas pemain saham melakukan hal yang sama ketika membeli saham: mereka mencari saham yang “murah,” saham yang memberi diskon dari harga normal. Dengan kata lain, mereka hanya tertarik membeli saham yang harganya turun. Makin dalam turunnya, makin murah. Makin murah, makin menarik untuk dibeli.
Tapi membeli saham yang murah, yang anjlok dalam, bertolak belakang dengan Prinsip Ketiga analisa teknikal yang bunyinya “Sebelum anda percaya analisa teknikal, anda harus terlebih dulu percaya pada dalil momentum.” [Untuk jelasnya, silahkan baca pos “Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis) Bagian I & II”.]
Mengapa?
Dalil momentum menyatakan bahwa apa yang sedang turun cenderung melanjutkan momentum turunnya; apa yang sudah murah biasanya menjadi lebih murah lagi.
Coba anda cerna. Satu-satunya tujuan anda membeli saham adalah untuk mendapat untung. Artinya anda berharap untuk menjual saham tersebut di harga lebih tinggi. Tapi menurut dalil momentum, saham yang sudah “murah” cenderung akan tambah “murah.” Kalau yang murah bertambah murah, harapan menuai untung dari membeli saham “murah” biasanya malah berakhir buntung.
Kalau saham yang sudah “murah” jangan dibeli, saham bagaimana yang layak dibeli?Menurut analisa teknikal, saham yang layak dibeli adalah saham yang harganya sedang NAIK.
“Nah lho? Gak salah tuh?” sergah anda.
Sama sekali tidak salah. Saya ulangi sekali lagi:
Menurut analisa teknikal, saham yang layak dibeli adalah saham yang harganya sedang NAIK.
Apakah ini berarti anda akan untung setiap kali membeli saham yang sedang naik?
Tidak semudah itu. Teorinya sederhana. Prakteknya rumit.
Perlu anda ingat bahwa saham bergerak naik-turun. Selalu. Tidak ada saham yang naik terus tanpa turun. Tidak ada juga saham yang turun terus tanpa naik.
Sering terjadi setelah anda membeli saham yang sedang naik, saham tersebut berbalik arah turun. Tidakkah hal ini menganulir teori untuk membeli saham yang sedang naik?
Sama sekali tidak.
Dalil momentum tidak menyatakan bahwa saham yang naik akan terus naik tanpa turun. Dalil momentum menyatakan bahwa saham yang sedang naik CENDERUNG akan tetap naik. (Mau tahu definisi saham yang sedang cenderung naik? Silahkan baca pos “Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway.”)
Praktek yang sulit adalah menentukan saham mana yang CENDERUNG naik. Itulah sebabnya berbagai ragam analisa teknikal diciptakan untuk menjawab pertanyaan ini. Tapi intinya tetap satu: Analisa Teknikal merekomendasi beli saham yang sedang naik. Bukan saham yang “murah.”
Memang, membeli saham yang naik, apalagi yang sudah naik tinggi, sangat bertentangan dengan sifat manusia yang ingin mendapat diskon. Saya sendiripun pada awalnya tidak percaya. Tapi dari pengalaman main saham belasan tahun, saya lebih sering mendapat laba dari saham yang sedang naik, bukan dari saham yang sudah “murah.”
Apakah ini berarti saham “murah” tidak layak dibeli?
Tidak begitu. Memang, analisa teknikal tidak memasukkan saham “murah” dalam daftar layak beli, tapi ada analisa cara lain yang tujuannya mencari saham “murah.” Silahkan baca pos “Apa Inti Analisa Fundamental?”
Pos-pos yang berhubungan:
- Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula
- Prinsip Mendasar Analisa Teknikal (Technical Analysis)
- Cara/Tehnik Menganalisa Saham
- Saham Naik ke Harga Tertinggi, Saatnya Jual?
- Cara Membeli Saham untuk Pemula
- Cara Main Saham IPO untuk Pemula
- Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway
[Pos ini ©2012 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]