

Peluang bisnis jengkol pasti kedengarannya aneh. Atau ketika membaca peluang bisnis jengkol yang ada di pikiran Anda mungkin bisnis makanan dengan bahan jengkol, seperti semur jengkol. Sangat wajar jika Anda berpikir demikian, karena di Indonesia, jengkol terkenal dengan resep makanan semur jengkol.
Semur jengkol terkenal dengan kenikmatan rasanya. Walaupun baunya
juga sangat menyengat, tapi tidak sedikir orang yang tidak
mempermasalahkan baunya, demi cita rasa jengkol yang lezat.
Jengkol, atau disebut juga sebagai dogfruit merupakan
tanaman keluarga kacang-kacangan yang hanya terdapat di wilayah Asia
Tenggara. Jengkol juga dikonsumsi di negara-negara Asia Tenggara
lainnya, seperti di Malaysia (dikenal dengan nama jering), Myanmar
(dikenal dengan nama da nyin thee) dan Thailand (dikenal dengan nama luk
neang atau luk-nieng).
Jengkol di Indonesia identik sebagai bahan makanan untuk kalangan
menengah ke bawah, sama halnya seperti tahu atau tempe. Ini juga
diperjelas dengan harga jengkol yang tergolong murah.
Kelangkaan jengkol di pasaran pemicu peluang bisnis jengkol
Akhir-akhir ini, di Indonesia terjadi kenaikan harga jengkol yang
sangat signifikan. Harga jengkol di sejumlah daerah naik hingga
menyentuh angka Rp 50.000 per kilogram. Apa kira-kira penyebabnya?
“Karena itu, jika ada jengkol dipastikan harganya melambung hingga
mencapai Rp 50.000 per kg atau melebihi harga daging ayam sebesar Rp
25.000. Harga normal jengkol bisanya sekitar Rp 20.000 per kg,” kata
Suryani, seorang pedagang sayur-sayuran di pasar Rangkasbitung. Ia juga
mengatakan sejak 3 minggu terakhir pasokan jengkol dari petani tidak ada
sama sekali. Jadi kemungkinan hilangnya pasokan jengkol mungkin karena
petani belum memasuki masa panen.
Sementara itu, Soleh, seorang pedagang di Pasar Rangkasbitung,
menduga pasokan jengkol dari sejumlah petani di Kabupaten Lebak
berkurang karena banyak pohon jengkol ditebang untuk keperluan bangunan
perumahan maupun kerajinan rumah tangga.
“Berkurangnya pasokan jengkol itu karena banyak pohon jengkol beralih
fungsi menjadi perumahan maupun perkebunan. Sebelumnya, sentra jengkol
di Kabupaten Lebak hampir merata di setiap kecamatan,” ujarnya.
Ia mengatakan, saat ini jengkol di Rangkasbitung dipasok dari Provinsi Lampung dan Palembang.
“Kami berharap petani bisa mengembangkan kembali tanaman jengkol karena permintaan pasar cukup tinggi,” katanya.
Kepala Pasar Rangkasbitung Dedi Rahmat mengakui selama ini pasokan
jengkol di pasaran menghilang sehingga pedagang terpaksa berjualan
komoditas lain. Mereka para pedagang jengkol saat ini beralih menjadi
pedagang buah-buahan maupun umbi-umbian akibat kelangkaan tersebut.
“Saya kira kelangkaan jengkol ini kali pertama akibat belum tibanya
musim panen juga banyak pohon jengkol digunakan untuk pembangunan
rumah,” katanya.
Peluang bisnis jengkol
Mungkin kelangkaan jengkol ini adalah yang pertama kali terjadi di
Indonesia. Tapi tidak tertutup kemungkinan hal ini bakal terjadi setiap
tahun, atau bahkan sepanjang tahun.
Hal ini melahirkan peluang bisnis untuk bertani jengkol. Selama ini
pohon jengkol jarang sekali yang ditanam secara besar-besaran seperti
tanaman lainnya seperti jagung, kedelai dll. Mungkin karena citra
jengkol dan harganya yang masih rendah.
Tapi jika harga jengkol saat ini yang 2 kali melebihi harga ayam,
atau mungkin nantinya stabil dan sama dengan harga ayam, budi daya
jengkol secara lebih besar pasti bakalan terjadi. Jadi tidak ada
salahnya bisa Anda yang punya sumber daya bisa melirik dan menjalankan
peluang bisnis jengkol ini.