
TAWARAN KEMITRAAN BUSANA: KEBAYA
Menjahit laba dari pesanan kebaya
Oleh Eka Saputra, Noverius Laoli – Senin, 07 Mei 2012 | 13:23 WIB
Kebaya tetap diminati di kalangan
perempuan Indonesia. Tak hanya ibu-ibu, kalangan remaja juga banyak
mengenakan kebaya. Lantaran banyak diminati, Rumah Kebaya menawarkan
kemitraan senilai Rp 80 juta. Omzet mitra diperkirakan Rp 50 juta-Rp 60
juta per bulan.
Sejak abad ke-15, kebaya sudah menjadi busana
khas perempuan Indonesia, terutama perempuan Jawa. Busana ini terdiri
atas baju atasan yang dipadu dengan kain. Hingga saat ini, kebaya tetap
disukai para wanita. Ragam kebaya sekarang pun semakin modis dan
trendi.
Berbeda jauh dengan desain kebaya sebelumnya, kebaya
masa kini desainnya beragam, lebih modis dan modern, sehingga bisa
dikenakan pada acara apa pun. Penggemarnya pun tak lagi hanya ibu-ibu,
kalangan remaja juga menyukai pakaian kebaya.
Tren seperti itu
tentu memicu permintaan kebaya. Peluang itu juga yang ditangkap oleh
Robertus Nico, pemilik butik Rumah Kebaya di Sidorajo, Jawa Timur.
Merintis usaha sejak tahun 2005, ia mulai menawarkan kemitraan di bulan
Maret 2012 ini.
Ia mengaku membuka kemitraan karena banyak
pelanggannya yang mencari cabang Rumah Kebaya di daerah mereka, seperti
Semarang atau Jakarta. “Banyak pelanggan tanya kenapa belum ada butik
Rumah Kebaya di daerahnya,” ujar Nico.
Pelanggan Rumah Kebaya
bukan hanya dari Surabaya atau Jawa Timur. Banyak juga dari daerah lain,
seperti Semarang, Jakarta, Medan, dan Balikpapan. Pelanggannya juga
lintas profesi, mulai dari artis lokal hingga pejabat di daerah dan
pusat.
Ia mengklaim, kebayanya diminati karena mengedepankan
konsep eksklusif. Selain menyediakan desain sendiri, pelanggan bisa ikut
menentukan model kebaya yang diinginkan. “Bahkan, desain kebayanya
boleh jadi hanya pelanggan itu yang memilikinya,” ujar Nico.
Kebaya
buatan Nico dibanderol mulai Rp 3,5 juta hingga Rp 8 juta ke atas. Nah,
dalam kemitraan ini, Rumah Kebaya menawarkan paket investasi Rp 80
juta. Paket ini sudah termasuk biaya kemitraan Rp 35 juta, paket produk
senilai Rp 30 juta, desain interior, training sumber daya
manusia, serta kebutuhan promosi untuk pembukaan butik. Namun mitra
perlu menyiapkan tempat usaha sendiri. “Ya minimal sewa di ruko-ruko itu
ya,” tandasnya.
Dengan target penjualan 12 gaun kebaya per
bulan, rata-rata omzet yang bisa diraup mitra berkisar Rp 50 juta-Rp 60
juta per bulan. Menurut Nico, mitra bisa mendapatkan laba bersih sekitar
15% dari omzet. Dengan laba bersih sebesar itu, mitra bisa balik modal
di bulan ke delapan.
Amir Karamoy, Ketua Dewan Pengarah
Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia menilai, prospek kemitraan
Rumah Kebaya cukup menjanjikan. Cuma, ia menyarankan agar Rumah Kebaya
berani membuka cabang di Jakarta atau kota besar lainnya. Jika Rumah
Kebaya berani membuka cabang di kota besar, niscaya mereka akan bisa
meraup omzet lebih besar ketimbang di daerah. Soalnya, pasar di kota
besar cukup menjanjikan untuk bisnis ini. “Harga kebaya itu Lebih cocok
dengan kantong orang kota,” jelas Amir.
Bagi calon mitra, ia menyarankan untuk fokus mengikuti pelatihan dari kantor pusat, agar bisnisnya lancar.
Rumah Kebaya
Deltapuspa 122
Deltasari Baru – Waru, Sidoarjo, Jawa Timur
Telp: 031 8554216, HP: 0819 1324 0740
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/menjahit-laba-dari-pesanan-kebaya