Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch “One Up on Wall Street” (Bagian I)

Bila anda bertanya buku apa yang perlu dibaca investor saham, kemungkinan anda disarankan membaca The Intelligent Investor karya Benjamin Graham, buku yang dipuji Warren Buffet sebagai “buku terbaik tentang investasi yang pernah ditulis.” Tapi menurut saya buku ini, eh…, membosankan, susah dimengerti, dan tidak enak dibaca. Saya saja yang seorang kutu buku, perlu berjuang keras untuk menyelesaikan buku ini.

Walau saya akui buku itu bagus isinya, saya yakin tidak banyak orang sanggup membacanya sampai selesai. Karena alasan ini, saya menyarankan peminat investasi saham untuk membaca buku One Up on Wall Street karya Peter Lynch. Buku inibuku pertama investasi saham yang saya bacamudah dimengerti, enak dibaca, dan penuh dengan tips-tips yang sangat bermanfaat.

Figure 1. Cover buku Peter Lynch One Up On Wall Street

Mungkin anda bertanya, siapa itu Peter Lynch?

Peter Lynch adalah manajer investasi (fund manager) Fidelity Magellan, reksa dana dengan asset terbesar di tahun 1990an. (Fidelity sampai sekarang masih merupakan salah satu raksasa reksa dana di Amerika.) Pada waktu itu, Peter Lynch mungkin lebih terkenal dari Warren Buffet karena ada ratusan ribu orang menanamkan modal di Fidelity Magellan dan menikmati imbal-hasil (return) yang spektakuler. Investor yang memasukkan dana US$10,000 pada tahun 1977, tahun pertama Peter Lynch mengelola Magellan, akan melihat dana tersebut berkembang menjadi US$190,000 sepuluh tahun kemudian. Sembilan belas kali lipat dalam sepuluh tahun. Ini prestasi yang sangat luar biasa!

Saya kagum dengan Peter Lynch bukan hanya karena imbal-hasil yang luar biasa ini. Saya kagum karena ia—sebagai manajer investasi yang mengelola dana milyaran dolar—dapat menulis buku yang sarat dengan kiat-kiat investasi saham yang dapat dilakukan orang awam yang bermodal pas-pasan. Ia tidak memberi tips yang hanya dapat dilakukan manajer investasi bermodal besar dan didukung analis-analis bergaji tinggi. Ia memberi saran dari kaca mata investor, bukan dari kaca mata manajer investasi. How to use what you already know to make money in the market, tertera di bawah judul buku tersebut. Bagaimana menggunakan apa yang sudah anda tahu untuk mendapat untung dari bursa.

Walaupun saran Peter Lynch tidak semuanya cocok untuk saya, saya merasa setiap pemain saham, investor ataupun trader, di Indonesia, China, Amerika, Eropa, Jepang, di manapun! perlu membaca buku ini. Sayangnya, setahu saya tidak ada edisi bahasa Indonesia buku ini.

Kalau anda kurang paham bahasa Inggris atau tidak hobi membaca buku, jangan khawatir. Pada pos ini saya akan membahas intisari One Up on Wall Street yang saya bumbukan komentar supaya mudah dimengerti pembaca, khususnya pembaca Indonesia.

Peter Lynch membagi bukunya menjadi tiga bagian:

     A. Preparing to Invest. Persiapan untuk Berinvestasi.
     B. Picking Winners. Memilih Pemenang.
     C. The Long-Term View. Pandangan Jangka Panjang.

Sebelum menulis lebih lanjut, Peter Lynch pada Bab Pendahuluan mengatakan bahwa ada satu hal utama yang perlu anda ketahui: Jangan mengikuti mentah-mentah saran para profesional!

Jangan langsung percaya saran pakar ekonomi, jangan langsung mengikuti saran analis saham, jangan menelan bulat-bulat saran saya di blog ini, jangan pula langsung membeli saham rekomendasi Peter Lynch. Mengapa?

Setidaknya ada tiga alasan mengapa sebaiknya anda mengabaikan rekomendasi saham dari para pakar:

  1. Mereka mungkin salah!
  2. Kalaupun mereka benar, anda tidak pernah tahu kapan mereka berubah pikiran dan menjual saham yang direkomendasi tersebut.
  3. Anda punya sumber informasi lebih baik, dan sumber itu ada di sekeliling anda.

 Nah, kalau Peter Lynch—yang sudah terbukti sebagai pakar sahammenyarankan anda untuk mengabaikan sarannya, tidakkah sebaiknya kita juga mengabaikan saran dari “pakar-pakar” saham musiman yang tumbuh subur seperti benalu di musim hujan?

Banyak orang, dengan bermodal membaca beberapa buku investasi dan baru tiga atau empat tahun berkecimpung di bursa saham, memproklamirkan diri sebagai pakar saham yang sudah menemukan rahasia menjadi kaya dari saham (atau options, atau forex, atau commodity). Lalu mereka menulis buku dan mengadakan seminar untuk mengajarkan anda rahasia tersebut. Masuk akalkah?

Kalau mereka sudah tahu rahasia mendapat untung terus dari saham, tentu mereka sudah terlalu sibuk mendulang uang dari bursa. Kenapa harus menghabiskan waktu mengais uang dari seminar atau menjual buku? Demi passive-income? Mengapa mereka begitu serakahnya masih mencari passive-income sekecil kutu kalau sudah bisa mendapat active-income sebesar gajah? Coba anda pikirkan. 

Intinya, anda bisa sukses berinvestasi saham dengan menggunakan apa yang sudah anda ketahui. Saya tidak bilang anda akan sukses atau pasti sukses, tapi bisa sukses. Dan kemungkinan anda sukses akan lebih besar kalau anda berhenti mendengarkan hingar-bingar kicauan para ahli dan pakar.

Mari kita mulai.

A. Persiapan untuk Berinvestasi

Sebelum anda mulai investasi saham, anda harus lebih dulu menjawab tiga pertanyaan berikut:

  1. Apakah anda sudah punya rumah?
  2. Apakah anda memerlukan uang tersebut untuk hal lain?
  3. Apakah anda punya kemampuan untuk sukses berinvestasi saham?

1.Apakah anda sudah punya rumah?

Sebelum anda berinvestasi saham, lebih baik anda membeli rumah dulu. Anda perlu rumah untuk tempat tinggal dan kemungkinan besar rumah tersebut akan naik harganya. Seperti kata peribahasa: sambil menyelam minum air.

Kalaupun harga rumah tidak naik (yang mana kemungkinannya sangat kecil karena bahan bangunan selalu naik karena inflasi), setidak-tidaknya rumah tersebut telah berfungsi sebagai tempat anda berteduh, bersantai, beristirahat, bertengkar, bercumbu, membina keluarga.

Beda dengan saham. Saham tidak bisa anda pakai untuk berteduh, bersantai, beristirahat, apalagi bertengkar dan bercumbu. Satu-satunya alasan kita membeli saham adalah untuk mendapat untung. Masalahnya, saham bisa naik, tapi juga bisa turun. Dan kalau turun, ia bisa turun sampai 0. Ya benar, nol alias tidak ada harga sama sekali! Jadi bisa saja anda menghabiskan banyak uang di pasar saham dan yang anda dapat hanyalah stress.

2.Apakah anda memerlukan uang tersebut untuk hal lain?

Jangan main saham, kalau anda memerlukan uang tersebut untuk hal lain.

Misalkan anda punya tabungan sebesar Rp 50 juta untuk biaya kuliah Tamara, putri anda. Kuliahnya kan masih tiga tahun lagi, anda berpikir. Bagaimana kalau saya investasikan dulu uang ini di saham. Deposito di bank cuma dapat 5% sih. Siapa tahu dengan main saham uang Rp 50 juta ini bisa jadi Rp 100 juta.

Jangan, jangan. JANGAN!

Lebih besar kemungkinan Rp 50 juta ini habis dan si Tamara tidak jadi kuliah. Bisa-bisa anda harus merelakan Tamara menikah dengan kakek kaya untuk membayar hutang anda.

Anda sebaiknya main saham hanya kalau anda punya uang lebih. Only invest what you could afford to lose without that loss having any effect on your daily life in the foreseeable future, demikian kata Peter Lynch. Hanya investasikan uang sesuai kesanggupan anda di mana kalau anda merugi, kerugian itu tidak mempengaruhi kehidupan sehari-hari anda di kemudian hari.

Ingat: Jangan bermimpi melipatgandakan uang dalam waktu cepat. Kalau mau lebih jelas, silahkan baca pos “Main Saham Cepat Kaya?” dan “Target Laba Main Saham.” 

Untuk melanjutkan baca, silahkan klik di sini “Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch ‘One Up on Wall Street’ (Bagian II).”




Pos-pos yang berhubungan:

  • Resiko & Masalah “Value Investing” Bagi Pemula 

[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Terimakasih telah membaca di Topbisnisonline.com, semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, Aopok.com dan join di komunitas Topoin.com.


Top Bisnis Online
Logo
Compare items
  • Total (0)
Compare
0