Market lagi turun, baca tentang Lo Kheng Hong lagi aja.. :)

artikel di bawah ini, termasuk salah satu favorit saya juga :


http://www.investor.co.id/wawancara/lo-kheng-hong-menjadi-kaya-sambil-tidur/23199


saya copas lagi di sini (bagian yang saya anggap penting, saya besarkan hurufnya dan ganti warnanya) :


Sembari
ongkang-ongkang kaki, lenggang kangkung, dan tidur pulas, Lo Kheng Hong bisa
menjadi miliarder di pasar saham dan mengeduk gain hingga 150.000%. Itukah buah
filosofi ‘menjadi kaya sambil tidur’?

Asetnya di pasar saham disebut-sebut bernilai triliunan rupiah. Ia mengoleksi
sejumlah saham yang mampu mencetak keuntungan investasi (capital gain) hingga
ratusan, ribuan, bahkan ratusan ribu persen. Tapi, jangan bayangkan pria
berusia 52 tahun ini punya karakter dan penampilan glamour, agresif, dinamis,
meledak- ledak, atau beradrenalin tinggi.

Lo Kheng Hong adalah pribadi yang bersahaja, sabar, rendah hati, kalem, bahkan
terkesan dingin. Boleh jadi, pembawaannya inilah yang menjadikan Kheng Hong
sukses sebagai investor di pasar saham.

Yang pasti, Kheng Hong tak hanya lihai memilih saham-saham yang mampu
menghasilkan gain besar. Ia juga mahir memosisikan diri di lantai bursa, baik
saat pasar bearish maupun bullish. Tapi Kheng Hong bukan tipe investor yang
sepanjang hari memelototi pergerakan harga saham atau setiap saat mencermati
perkembangan isu, rumor, dan berita di lantai bursa, dengan kewaspadaan ekstra
tinggi. Ia juga tidak melengkapi diri dengan handphone canggih, laptop terkini,
notebook, iPad, atau perangkat paling mutakhir sejenisnya.


Kheng Hong memang lebih memosisikan diri sebagai investor jangka panjang
ketimbang investor jangka pendek atau trader.
Mungkin, itulah sebabnya,
kalangan praktisi pasar saham menjulukinya sebagai ‘Warren Buffett Indonesia’.

“Investor di pasar saham kebanyakan ikut-ikutan dan tidak
mengerti saham apa yang dibeli. Kebanyakan orang panik karena mereka tidak tahu
apa yang mereka beli. Semakin cepat panik seorang investor, semakin menunjukkan
bahwa ia tidak tahu apa-apa,” kata Lo Kheng Hong kepada wartawan 
Investor
Daily
 Nurfiyasari dan Abdul Aziz serta
pewarta foto Eko S Hilman di Jakarta, baru-baru ini.

Bagi ayah dua anak ini, lebih menguntungkan menjadi investor jangka panjang
dibanding menjadi trader. “Kalau trading, dapatnya receh dan bisa bikin stres. Kalau pegang saham
dalam jangka panjang, dapat uangnya besar
,” ujar Kheng Hong.

Kematangan, kecerdasan, ketenangan, dan kesabaran telah menjadikan Lo Kheng
Hong sebagai pemain saham sejati. Berkat itu pula ia berhasil lolos dari krisis
moneter 1997- 1998, bahkan kemudian menangguk keuntungan hingga 150.000%.
”Waktu krisis 2008, saya sempat jatuh. Malah sewaktu krisis 1997-1998, saya
sempat jatuh hingga uang saya tinggal 15%. Tapi uang itu saya tukar ke saham.
Akhirnya uang saya meningkat 150.000% sampai saat ini,” tuturnya.

Yang unik, aset kekayaan Lo Kheng Hong hampir seluruhnya dalam
bentuk saham sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI)
. Ia sama sekali tidak tergoda untuk
mendiversifikasi investasinya ke instrumen lain, seperti emas, properti, atau
kendaraan Bahkan, mantan kepala cabang Bank Ekonomi ini sama sekali tak
tertarik untuk mendirikan perusahaan, termasuk perusahaan sekuritas.


Saya hanya punya 15% dana cash untuk jaga-jaga supaya kalau
terjadi krisis saya masih punya uang untuk membeli saham.
Saya tidak bekerja, tidak punya
perusahaan, tidak punya pelanggan seorang pun, tidak punya karyawan seorang pun,
dan tak punya bos. Hanya punya seorang sopir dan dua pembantu,” papar Lo Kheng
Hong yang sudah 22 tahun bermain saham.

Apa saja tips Lo
Kheng Hong hingga ia mampu mengeduk keuntungan besar dari pasar saham?
Bagaimana harus bersikap saat pasar mengalami bullishbearish,
atau crash? Berikut petikan lengkap wawancara dengan pria yang
mengaku berasal dari keluarga tak mampu dan kelak berniat menyumbangkan
kekayaannya kepada fakir miskin tersebut.

Kenapa Anda tertarik bermain saham?
Saya tertarik
bermain saham karena saham dapat memberikan keuntungan yang besar dan tidak
capek seperti di sektor riil.

Apa enaknya menjadi investor saham?
Pertama, seorang pemain saham dapat menjadi orang yang terkaya
di dunia, seperti Warren Buffett. Banyak orang yang tidak tahu dan tidak
percaya
. Mereka hanya tahu banyak orang yang rugi, orang kaya jadi miskin
karena bermain saham, bahkan ada yang bunuh diri karena saham.

Kedua, seorang pemain saham punya banyak waktu, bebas, dan tidak
dipusingkan oleh urus-mengurus karyawan, pelanggan, dan lain-lain
. Di perusahaan, status investor saham
adalah sleeping partner, sehingga waktu luangnya bisa diisi dengan hal-hal yang
disukai.

Ketiga, semua keuntungan perusahaan menjadi milik pemegang
saham, padahal yang bekerja keras adalah direksi, komisaris, manajer, dan
seluruh karyawan, tetapi mereka hanya menerima gaji dan bonus. Mereka tidak
punya hak untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Memiliki
perusahaan yang untung besar seperti memiliki mesin pencetak uang
.

Sejak kapan Anda bermain saham?
Saya bermain saham
sejak 1989, 22 tahun yang lalu. Saya dilahirkan dari keluarga yang
berpenghasilan rendah. Orangtua hanya pegawai kecil. Saat tamat SMA, saya belum
punya biaya untuk kuliah. Kemudian saya jadi pegawai tata usaha di bank, waktu
itu saya disuruh-suruh untuk fotokopi dan lainnya. Kemudian saya bisa bekerja
sambil kuliah. Saya pilih kampus yang murah sesuai kemampuan keuangan. Saat
bekerja di bank itulah, saya mulai main saham. Saya sempat menjadi kepala
cabang. Saya kemudian keluar dari bank dan fokus main saham.
 

Anda saat ini punya saham apa saja?
Saya punya saham
sekitar 30 emiten, antara lain di Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI),
dengan kepemilikan 8,29% lebih. Saham saya banyaknya bukan di LQ45. Kepemilikan
saya di saham lain di bawah 5%. Saya tipe investor jangka panjang. 
Kalau trading, dapatnya receh, kalau jangka panjang dapat
uangnya besar.
Saya pegang saham ini sudah enam tahun. Saya beli tahun 2005
seharga Rp 250 dan harganya sempat menyentuh Rp 31.500. Belum saya jual,
padahal gain-nya sudah 12.600%.

Cara Anda memilih saham?
Saya lihat manajemen. Apakah menerapkan good corporate
governance (GCG) atau tidak.
Saya cari dari kompetitornya, biasanya mereka tahu. Saya cari
tahu agar tidak beli kucing dalam karung, karena ini menyangkut harta saya.
Jangan membeli sesuatu yang tidak kita tahu.
Lihat manajemen, apakah pengelolanya
jujur atau tidak. Jangan sampai pengelolanya suka ambil uang
perusahaan, sehingga saya sebagai
sleeping partner dirugikan.
 

Istilahnya, yang menjadi pertimbangan pertama adalah manajemen,
kedua manajemen, ketiga manajemen, baru yang lain. Kemudian lihat sektor
usahanya, bagus atau tidak
. Ada sektor yang kurang menarik, misalnya sepatu, tekstil, dan
garmen.
Tetapi ada juga yang menarik, seperti kelapa sawit dan pakan
ayam
.

Orang banyak makan
ayam karena ayam merupakan sumber protein termurah dan dampak negatifnya
terhadap kesehatan lebih rendah dibanding yang lain. Perhatikan juga apakah
emiten bersangkutan mengalami pertumbuhan atau tidak.

Kriteria pertumbuhan, konkretnya seperti apa?
Ada empat tipe
perusahaan. Pertama, perusahaan yang rugi terus, ada yang kadang untung, dan
kadang merugi. Kemudian, perusahaan yang untung besar terus, tapi stagnan.
Ada juga perusahaan
yang 
growing secara berkala, misalnya dari Rp 2 triliun, Rp 5
triliun, dan seterusnya. Ini perusahaan yang baik dan yang saya cari.
Lihat kinerjanya lima tahun ke
belakang. Lihat masa lalunya.

Bagaimana jika lima tahun pertama tumbuh, tetapi lima tahun
berikutnya ternyata turun?

Biasanya kalau lima tahun ke belakang tumbuh, ke depannya akan
mengalami hal yang sama. Kalau sudah lima tahun berturut-turut 
growing,
tandanya itu 
super company. 

Setelah melihat fundamental emiten, apa lagi yang Anda
perhatikan?

Harga. Saya lihat dari price to earning ratio (PER)-nya. Jangan bilang saham A karena harganya
Rp 250 dibilang murah, dan saham B yang harganya Rp 70.000 dibilang mahal.
Maksudnya, saham yang harganya Rp 70.000 bisa lebih murah dibanding saham yang
harganya Rp 250. Kita lihat kemampuan emitennya dalam membukukan keuntungan
.

Berapa PER yang ideal saat membeli suatu saham?
Saya pikir, yang reasonable untuk dibeli yaitu
yang PER-nya di bawah lima kali, itu sangat menarik dan potensial.
Tapi biasanya perusahaan yang sudah
baik dan manajemennya bagus, PER-nya sudah di atas 10 kali.
 

Soal timing, kapan saat yang paling tepat untuk
masuk pasar?

Yang paling bagus membeli saham adalah saat sedang krisis
seperti di Yunani, Eropa, dan AS.
Ada pepatah lama yang tidak perlu dilupakan, buy
on weakness.
 Dan, harus be greedy when others are fearful dan
sebaliknya, be fearful when others greedy.

Bukankah itu sulit diterapkan?
Saya banyak baca
buku tentang Warren Buffett. Saya belajar dari orang yang sudah terbukti
berhasil investasi di pasar saham. Dia sudah membuktikannya, bahkan menjadi
salah satu orang terkaya di dunia. Nggak mungkin kan kalau saya belajar dari
Bernard Madoff? Ha, ha, ha, ha…

Ternyata orang seperti Madoff, mantan bos bursa Nasdaq tapi tidak bisa
mengelola uang nasabah. Ini menunjukkan bahwa dia hanya tahu semua peraturan di
bursa saham, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara menjadi kaya di pasar
saham.

Berarti, kuncinya ada di mental?
Mental bisa bagus saat kita tahu apa yang kita beli. Kebanyakan orang panic karena mereka
tidak tahu apa yang mereka beli. Ini pelajaran penting. Saya berikan ilustrasi.
Waktu itu saya ke Harvard University, saya tanya biaya kuliah di sana berapa?
Ternyata bisa sampai US$ 40.000, keluar dari sana semua jadi orang pintar.
Dengan belajar seharga US$ 40.000, kita bisa menjadi orang pintar.

Tapi di pasar saham, kita sudah habiskan puluhan miliar rupiah belum tentu jadi
pintar, malah bisa tambah bingung, seperti Madoff yang sudah menghabiskan uang
masyarakat sebesar US$ 60 miliar, apakah dia menjadi pintar? Bisa saja di
penjara dia berpikir, kenapa saham yang dibeli turun dan yang dijual justru
naik.

Jadi, intinya pintar saja tidak cukup. Untuk menjadi investor yang kuat, kita harus mengetahui perusahaan
satu per satu. Semua orang bisa seperti itu, asalkan mau baca. Bacalah laporan
keuangan emiten satu per satu.


Jadi, Anda tipe investor fundamental?
Saya 100% fundamental karena lihat manajemennya atau pertumbuhan
perusahaan
. Kalau teknikal, hanya grafik, semuanya diabaikan. Saya yakin itu
tidak benar. Tapi memang harus selektif. Dari 400-an saham yang ada di bursa
domestik, cukup banyak yang fundamentalnya bagus. Terkadang, ada yang terjebak.

Anda tidak memantau pergerakan harga saham setiap saat?
Kenapa kita pusing?
Karena kita beli saham yang tidak kita ketahui. Ada yang tidak bisa tidur
karena PER sahamnya 100 kali atau 200 kali.
Lalu, kenapa kita tidak bisa tidur
kalau PER-nya hanya lima kali?


Bukankah investor sering terbawa arus karena faktor
nonfundamental?

Saya lihat investor di pasar modal kebanyakan ikut-ikutan.
Saat 
market mengalami booming, semua masuk. Saat market buang-buang
saham, mereka ikut-ikutan. Mayoritas hanya ikut-ikutan dan tidak mengerti apa
yang dibeli.
Jadi, belajarlah dari orang yang memang sudah berhasil dan ikuti
langkahnya.
Jangan percaya saat ada iklan yang bilang dapat untung besar
saat indeks turun. Kalau bisa seperti itu, hebat sekali. Bahkan, orang sekelas
Warren Buffett saja, saat pasar saham AS turun, dia juga mengalami kerugian.

Anda berinvestasi pada instrument selain saham?
Tidak, hanya saham.
Hampir semua uang saya ada di pasar modal. Dana tunai saya hanya 15%, sisanya
portofolio saham. Kenapa saya sisakan segitu? Itu untuk antisipasi kalau pasar
modal kita jatuh, sehingga saya masih bisa beli saham lagi.

Dari mana Anda membiayai kebutuhan hidup sehari-hari?
Saya bisa hidup dari dividen yang saya terima. Misalnya harga saham suatu emiten
yang saya beli bulan lalu Rp 610, sekarang harganya Rp 2.375, kemudian saya
jual. Awalnya saya berniat menahannya untuk jangka panjang.
Tapi kalau
untungnya sudah sampai 300% dalam sebulan, saya lepas
. Untuk emiten yang
bagus sekali, tetap saya keep untuk jangka panjang. Kalau emitennya kurang
meyakinkan dan naiknya signifikan, lebih baik saya lepas
.

Saat krisis moneter 1997-1998 dan krisis finansial 2008, Anda
mengalami kerugian juga?

Saya sempat
mengalaminya juga. Waktu krisis 2008, saya sempat jatuh, tapi tetap be
greedy when others are fearful
. Malah sewaktu krisis 1997-1998, saya sempat
jatuh hingga uang saya tinggal 15%. Tapi uang itu saya tukar ke saham, karena
saya tahu pasar modal akan naik lagi. Dan, itu terbukti. Akhirnya uang saya
meningkat 150.000%.

Bagaimana Anda menyikapi perkembangan harga saham saat ini,
terutama yang terkait dengan krisis utang di Eropa dan krisis finansial di AS?

Saat IHSG terkoreksi, wajar saja kalau nilai portofolio saya
ikut turun. Tetapi ketika turun, saya sama sekali tidak ikut-ikutan menjual,
bahkan saya membeli dan menambah saham saya, karena saya yakin satu hari
saham-saham saya akan naik kembali, bahkan dapat lebih tinggi dari sebelumnya.


Apa filosofi hidup Anda?
Filosofi hidup saya adalah bagaimana saya bisa menjadi kaya
sambil tidur. Karena di perusahaan status saya adalah sleeping partner, saya
tidur tetapi saham-saham perusahaan saya bekerja buat saya secara
dahsyat. 
Getting rich while sleeping. Saya pakai waktu saya
delapan jam untuk tidur, selebihnya saya pakai untuk bersenang-senang dan
mengerjakan apa yang saya sukai
.








Dari artikel di atas, saya ringkas sbb :


1. Lo Kheng Hong (LKH) lebih memposisikan diri sebagai investor jangka panjang daripada jangka pendek karena uang yang didapat lebih besar.


2. Menurut LKH, investor di pasar saham kebanyakan ikut-ikutan dan tidak mengerti apa yang dibeli, sehingga mudah panik. 


3. Kekayaan LKH hampir seluruhnya ditaruh di saham BEI, tdk didiversifikasi di emas atau properti.


4. LKH hanya punya dana cash 15% untuk jaga-jaga agar bila ada krisis, ia masih punya uang untuk beli saham.


5. LKH membiayai kebutuhan hidupnya sehari-hari dari deviden yang ia terima.


6. Bila IHSG terkoreksi dan nilai sahamnya turun, LKH tidak ikut-ikutan menjual sahamnya. Ia malah membeli lagi dan menambah sahamnya, karena ia yakin suatu hari nanti sahamnya akan naik kembali, bahkan dapat lebih tinggi drpd harga sebelumnya.


7. Filosofi hidup LKH adalah menjadi kaya sambil tidur. Beli saham2 berfundamental bagus, dan biarkan saham itu yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kita.. 🙂




Cara LKH memilih saham :


1. Lihat MANAJEMEN dari perusahaan tersebut. Cari yang manajemennya jujur dan tidak suka ambil uang dari perusahaan.


2. Lihat SEKTORnya. Pilih saham yang berasal dr sektor yang baik dan bertumbuh, misal : kelapa sawit dan pakan ayam.


3. Cari PERUSAHAAN YANG TERUS BERTUMBUH SELAMA 5 TAHUN TERAKHIR. Biasanya kalau 5 tahun terakhir ia tumbuh, ke depannya juga akan mengalami hal yang sama. Kalau sudah berturut-turut tumbuh, tandanya itu super company.


4. Saham yang menarik untuk dibeli menurut LKH adalah SAHAM YANG PER-NYA DI BAWAH 5x.


5. Paling bagus membeli saham adalah pada saat sedang krisis. Be greedy when others are fearful.


6. Semua orang bisa menjadi investor yang kuat, dengan cara mengetahui perusahaan satu per satu. BACALAH LAPORAN KEUANGAN TIAP EMITEN SATU PER SATU.






Nah, mudah-mudahan bermanfaat ya, tips memilih saham dr LKH ini.. 🙂




Regards,
– V3 –







Terimakasih telah membaca di Topbisnisonline.com, semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, Aopok.com dan join di komunitas Topoin.com.


Top Bisnis Online
Logo
Compare items
  • Total (0)
Compare
0