
KIAT KOCEK
Keluarga makin harmonis, kantong pun tak menipis
Oleh Anastasia Lilin Y – Senin, 09 April 2012 | 11:01 WIB
JAKARTA. Karena kesibukan kerja dan
aktivitas masing-masing anggota keluarga, kebersamaan dengan keluarga
seakan menjadi barang mahal untuk masyarakat perkotaan. Jangankan untuk
bertukar pikiran, terkadang untuk makan semeja saja susah. Padahal,
kualitas hubungan dalam keluarga bisa dipupuk lewat seberapa sering
anggota bertemu dan saling berkomunikasi. Soalnya, dari sinilah,
permasalahan yang timbul bisa diperbincangkan untuk dicari solusinya.
Menyadari
betapa penting waktu kebersamaan keluarga ini, rekreasi atau pelesir
bersama bisa menjadi salah satu solusi untuk benar-benar terlepas dari
rutinitas dan kembali fokus ke keluarga. Perencana keuangan dari One
Consulting Budi Raharjo berpendapat, banyak manfaat emosional yang bisa
didapat dari rekreasi keluarga. “Sebenarnya, rekreasi sudah bukan hanya
masalah keuangan, tetapi ini adalah kebutuhan untuk menyeimbangkan
hidup,” kata Budi.
Maka, perencana keuangan dari Tatadana
Consulting Tejasari menyarankan, saat menyusun perencanaan keuangan
keluarga, rekreasi sebaiknya dimasukkan dalam daftar kebutuhan. Bahkan,
frekuensi rekreasi keluarga bisa lebih dari sekali dalam setahun. Tentu
saja, tiap keluarga harus melongok kemampuan kocek masing-masing.
Sebelum memenuhi kebutuhan untuk rekreasi, keluarga harus sudah memenuhi
kebutuhan pokoknya, seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, dan
pendidikan.
Sisca Novita, Account Manager PT Antara Intermediary
Indonesia, agen dan konsultan asuransi, malah tegas menyebutkan, di luar
kebutuhan pokok, masih ada kebutuhan lain yang penting untuk dicukupi
dulu, yakni amal, pelunasan utang, asuransi, dan investasi. Barulah yang
terakhir kebutuhan hiburan, termasuk pelesir.
Meski rekreasi
menempati posisi paling ujung dalam daftar kebutuhan keluarga, para
perencana keuangan yakin, setiap anggota keluarga dapat memenuhi
kebutuhan ini. Syaratnya, arus kas yang bersangkutan harus sehat.
Indikator sehat itu, antara lain utang tidak lebih dari 30% penghasilan
dan ada pos untuk investasi setidaknya 10%. Lebih baik lagi jika
keluarga tersebut sudah memiliki proteksi asuransi, minimal untuk
pemberi nafkah utama. Asuransi penting terutama bagi keluarga yang tidak
memiliki banyak aset.
Dus, anggaran untuk kegiatan rekreasi dan
pelesir tidak perlu menunggu sampai Anda merasa kaya terlebih dulu.
Bagi keluarga yang merasa arus kasnya cukup sehat, langkah pertama yang
harus Anda lakukan ketika hendak menyusun kebutuhan rekreasi adalah
menetapkan tempat tujuan rekreasi.
Budi dan Tejasari mengatakan, pilihan tujuan rekreasi ini menentukan
besaran dana yang mesti dialokasikan oleh keluarga. Penentuan tujuan
rekreasi berada di tangan masing-masing keluarga. Saran para perencana
keuangan: sesuaikan dengan kemampuan bujet saja.
Di samping
tujuan, frekuensi rekreasi juga ditetapkan berdasarkan kemampuan
keuangan tiap keluarga. Misalnya, bagi keluarga yang merasa memiliki
pendanaan yang cukup, melakukan rekreasi hingga lebih dari dua kali
setahun tentu tak masalah.
Bagaimana agar biaya tetap terjangkau?
Namun,
demi mempertahankan keuangan keluarga yang sehat, tentu strategi
pengelolaan tak boleh Anda lewatkan. Tentu, yang menjadi harapan setiap
keluarga adalah bisa menikmati liburan yang menyenangkan tapi kantong
tidak bolong. Yuk, kita simak beberapa saran berikut!
Mencicil pendanaan
Rekreasi
biasanya menyedot dana yang cukup besar. Oleh karenanya, Budi
menyarankan agar pendanaan untuk rekreasi dilakukan jauh-jauh hari alias
terencana. Caranya, dengan mencicil kebutuhan dananya tiap bulan. Soal
besarannya memang tak ada patokan baku.
Ambil contoh begini,
dalam setahun keluarga akan melakukan rekreasi dua kali pada libur
sekolah anak dan pada saat Lebaran. Nah, dari keputusan tersebut,
keluarga bisa membuat target besaran dana dan kapan dana yang diperlukan
harus terkumpul.
Mengenai besaran uang yang bisa yang dicicil
tiap bulannya, Budi memberi ancar-ancar 10% dari total pendapatan.
Namun, dia menegaskan, tak ada patokan baku karena tergantung asumsi
besaran dana rekreasi dan kemampuan keluarga.
Budi mengatakan,
karena bisa direncanakan, maka dia tidak menyarankan keluarga untuk
membobol dana darurat untuk kebutuhan rekreasi. “Dana darurat hanya
untuk kebutuhan yang benar-benar darurat dan tidak bisa diprediksi
sebelumnya,” tandas Budi.
Tejasari mengatakan, bonus yang biasa
didapat saban tahun bisa untuk menambah pendanaan rekreasi. Tentu akan
lebih bijak jika tak semuanya dicemplungkan untuk biaya rekreasi.
Karena tidak dilakukan setiap bulan, para perencana keuangan
memasukkan rekreasi sebagai kebutuhan tahunan. Pos kebutuhan tahunan
lain adalah membayar uang sekolah tahunan, membayar premi asuransi,
membayar pajak, hingga mengalokasikan dana untuk merayakan ulangtahun
anak. Meski sama-sama kebutuhan tahunan, keranjang untuk menampung
alokasi dana tersebut sebaiknya dipisahkan agar pengelolaan keuangan
keluarga lebih rapi dan tidak tercampur dengan tujuan keuangan yang
lain.
Mengenai keranjang investasi, baik Budi maupun Tejasari
mengatakan, instrumen investasi yang dipilih tentu yang sesuai dengan
karakter investasi jangka pendek. Antara lain, tabungan, deposito,
reksadana pasar uang, dan reksadana pendapatan tetap.
Meski Budi
dan Tejasari memasukkan rekreasi dalam kebutuhan tahunan, keduanya
sepakat, rekreasi juga bisa masuk dalam kategori kebutuhan jangka
menengah bila tujuan rekreasi keluarga tersebut ternyata memakan dana
yang cukup besar. Misalnya, liburan ke luar negeri.
Untuk
kebutuhan rekreasi yang membutuhkan dana besar tersebut, waktu mencicil
bisa dilakukan lebih dari setahun. Otomatis pilihan keranjang
investasinya jadi makin beragam. “Bisa dimasukkan ke reksadana campuran
atau obligasi saja,” kata Tejasari.
Survei harga
Menyiapkan
pendanaan jauh-jauh hari ternyata membawa keuntungan ganda. Tak hanya
alokasi cicilan dana yang ringan, Anda pun mempunyai kesempatan lebih
banyak untuk memilih sarana transportasi dan akomodasi yang sesuai
dengan kocek dan keinginan Anda. Anda bisa memanfaatkan waktu untuk
melakukan survei harga dan fasilitas macam apa yang paling pas dengan
kondisi kocek. “Kuncinya tentu harus mau agak repot membandingkan
harga,” kata Tejasari.
Setelah yakin dengan pilihan transportasi
dan akomodasi, pemesanan jauh-jauh hari pun akan memungkinkan Anda
menghemat pengeluaran Anda. Harga tiket pesawat atau tarif hotel
seringkali lebih miring ketimbang Anda baru membelinya ketika menjelang
hari keberangkatan. Apalagi, jika jadwal rekreasi Anda itu bertepat-an
dengan musim libur panjang. Biasanya, agen perjalanan dan wisata akan
mengerek harga.
Manfaatkan promo
Untuk
menyiasati biaya yang membengkak karena kenaikan harga, sebelum hari H
rekreasi, Anda bisa memanfaatkan sejumlah program promosi yang berkaitan
dengan kebutuhan rekreasi. Misalnya, promo tiket perjalanan atau
penginapan murah. Bisa juga memanfaatkan program promosi kartu kredit.
Cuma, jangan lupa untuk disiplin melunasi tagihan ketika jatuh tempo.
Untuk
mendapatkan informasi promosi harga, Anda tentu harus rajin menggali
informasi. Anda bisa bertanya sana-sini atau coba melongok situs yang
menawarkan aneka kupon diskon di internet.
Memerinci kebutuhan
Setelah
Anda menetapkan tujuan, waktu dan asumsi biaya rekreasi, jangan lupa
membuat daftar terperinci kebutuhan Anda selama rekreasi. Hal ini perlu
agar ketika rekreasi, Anda dan keluarga tidak tekor di jalan atau bahkan
jadi berutang karena kekurangan dana.
Beberapa kebutuhan yang
harus diperinci, seperti biaya penginapan, transportasi, makan, dan
membeli oleh-oleh. Di luar biaya tersebut, Budi menyarankan agar
keluarga melebihkan kebutuhan dana sebesar 10%–15% untuk biaya tak
terduga selama rekreasi.
Sementara, Tejasari menyarankan agar
keluarga juga mengalokasikan dana untuk biaya setelah rekreasi. Antara
lain, biaya perawatan mobil yang usai dipakai rekreasi dan biaya
relaksasi tubuh seluruh keluarga. “Soalnya habis rekreasi biasanya, kan,
capek,” ujar Tejasari.
Nah, selamat merencanakan liburan yang menyenangkan di hati dan di kantong!
Sumber:
http://personalfinance.kontan.co.id/news/keluarga-makin-harmonis-kantong-pun-tak-menipis/?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter