Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku “One Up on Wall Street” (Bagian III)

Pos ini adalah lanjutan dari “Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku ‘One Up on Wall Street’ (Bagian II).”

Hendak membaca pos ini dari awal? Silahkan klik di sini “Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch ‘One Up on Wall Street’ (Bagian I).”

III. Saham Idaman
Anda tidak akan menemukan perusahaan sempurna (alias saham idaman), kata Peter Lynch. Tapi kalau ada, perusahaan itu akan memiliki atribut-atribut positif. Tiga belas atribut terpenting adalah:
1. It Sounds Dull—or, Even Better, Ridiculous. Nama Perusahaannya Tidak Keren, atau Bahkan Menggelikan
2. It Does Something Dull. Ia Melakukan Sesuatu Yang Membosankan
Atribut 1 dan 2 membuat perusahaan itu tidak dilirik pasar dan memberi anda kesempatan membeli sahamnya dengan murah.
3. It Does Something Disagreeable. Ia Melakukan Sesuatu Yang Jorok.
Lebih baik lagi kalau perusahaan yang bisnisnya bukan hanya (kedengarannya) membosankan tapi juga jorok atau kotor atau menjijikkan. Contoh yang dipakai Peter Lynch adalah Safety-Kleen, perusahaan jasa pembersih suku cadang mobil dan jasa pembersih saluran restoran.
4. It’s a Spinoff. Ia adalah pecahan dari perusahaan induk.

Contoh dari Peter Lynch adalah “Baby Bell” (Ameritech, Bell Atlantic, Bell South, Nynex, Pacific Telesis, Southwestern Bell, dan US West) pada 1980an yang merupakan spinoff dari ATT, penyedia jasa telepon dan komunikasi. Pemilik saham ATT pada waktu itu mendapat saham Baby Bells gratis. Lima tahun setelah spinoff, saham ATT hampir tidak bergeming sedangkan saham Baby Bells naik 170% (termasuk dividen).

Saham spinoff jarang ditemukan di Indonesia. Yang saya tahu adalah Indofood CBP (ICBP) yang di spinoff dari Indofood Sukses Makmur (INDF). Tapi, sepengetahuan saya, spinoff ini dilakukan dengan menjual ICBP di IPO, bukan dengan memberi saham bonus ICBP kepada pemegang saham INDF. Harga ICBP sekarang (Feb 2011, kisaran harga 4.500an) malah masih di bawah harga IPOnya (Rp 5395).

5. The Institution Don’t Own It, and the Analysts Don’t Follow It. Saham Belum Dibeli Institusi dan Belum Diliput Analis
Saham perusahaan yang belum dibeli institusi dan belum diliput analis cenderung murah. Kalau perusahaan tersebut terus berkembang, suatu saat analis akan mulai meliput, institusi mulai membeli, dan saham akan naik.
6. The Rumors Abound: It’s Involved with Toxic Waste and/or the Mafia. Gosip Bertebaran: Ia Berhubungan dengan Limbah Beracun dan/atau Mafia.
Lagi-lagi anda dapat membeli saham perusahaan ini dengan harga relatif murah.
7. There’s Something Depressing about It. Ada Sesuatu yang Menyedihkan Tentangnya.
Contoh favorit Peter Lynch adalah Service Corporation International (SCI), perusahaan jasa pemakaman.
8. It’s a No-Growth Industry. Ia Termasuk Industri Yang Tidak Berkembang.
Industri yang berkembang pesat mengundang banyak pendatang baru mengakibatkan persaingan ketat. Perusahaan bisa bangkrut kalau tidak waspada dan kalah berkompetisi.
Tidak begitu dengan perusahaan di industry yang tidak berkembang. Karena industrinya tidak berkembang, tidak ada pendatang baru yang tertarik untuk masuk. Perusahaan dapat berkembang dengan nyaman dan aman.
9. It’s Got a Niche. Ia Memiliki Ceruk.
Ceruk ini dapat berupa hak eksklusif, hak paten, atau monopoli karena keadaan. Perusahaan farmasi memiliki ceruk hak paten obat, perusahaan tambang memiliki ceruk izin pertambangan eksklusif.
10. People Have to Keep Buying It. Orang Harus Terus Membeli Produknya.
Lebih baik membeli saham perusahaan farmasi, minuman, makanan, rokok daripada perusahaan mainan. Coba bayangkan: anda mungkin membeli satu jenis mainan cuma sekali tapi anda membeli terus-menerus obat yang sama, minuman yang sama, makanan yang sama, rokok yang sama.
11. It’s a User of Technology. Ia adalah Pemakai Teknologi.
Daripada membeli saham produsen komputer yang harus terus menerus membuat komputer yang makin canggih tapi makin murah, lebih baik anda berinvestasi pada perusahaan yang mendapat manfaat dengan memakai teknologi.
12. The Insiders Are Buyers. Orang Dalam Membeli Saham Perusahaannya.
Pada umumnya, orang dalam lebih banyak menjual saham yang mereka miliki daripada membeli. Kalau orang dalam banyak membeli saham perusahaanya sendiri, sangat mungkin mereka melakukan itu karena tahu perusahaan berprospek cerah di masa datang. Yang pasti, setidak-tidaknya perusahaan itu tidak akan bangkrut dalam waktu dekat.
13. The Company is Buying Back Shares. Perusahaan Membeli Kembali Saham di Pasar.
Membeli saham sendiri di pasar (stock buy-back) adalah cara terbaik dan termudah memberi imbalan untuk investor. Saham yang dibeli kembali akan ditarik dari peredaran yang berarti mengurangi jumlah saham yang beredar (outstanding share). Kalau laba perusahaan tetap tetapi jumlah saham beredar berkurang, keuntungan per saham (earning per share) naik. Naiknya earning per share ini akan mengerek naik harga saham perusahaan tersebut.
Alternatif dari stock buy-back adalah: meningkatkan dividen, mengembangkan produk baru, memulai usaha baru, melakukan akuisisi. Dari keempat alternative ini, meningkatkan dividen sama positifnya dengan share buy-back. Tapi sayangnya manajemen sering kali memilih mengembangkan produk baru, memulai usaha baru, atau melakukan akuisisi yang akhirnya malah memperburuk kondisi perusahaan.

Di atas adalah daftar atribut positif yang dicari Peter Lynch. Bagaimana dengan saham yang dihindarinya? Lanjut baca ke “Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku ‘One Up on Wall Street’ (Bagian IV).”




Pos-pos yang berhubungan:

  • Kapan Kondisi Ideal untuk Investasi Saham?

[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Terimakasih telah membaca di Topbisnisonline.com, semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, Aopok.com dan join di komunitas Topoin.com.


Top Bisnis Online
Logo
Compare items
  • Total (0)
Compare
0
Shopping cart