Pos ini adalah lanjutan dari “Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku ‘One Up on Wall Street’ (Bagian I).”
Hendak membaca pos ini dari awal? Silahkan klik di sini “Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch ‘One Up on Wall Street’ (Bagian I).”
Slow Growers (Bertumbuh Lamban)
Perusahaan yang bertumbuh lamban biasanya adalah perusahaan besar yang mulai uzur. Mereka ini tidak berawal sebagai Slow Growers; mereka adalah perusahaan bertumbuh cepat (Fast Growers) yang pertumbuhannya melambat. Melambatnya pertumbuhan ini bisa disebabkan karena pasar produk mereka sudah jenuh, karena mereka berhenti berinovasi, atau juga karena sebab-sebab lain.
Pada akhir tahun 1990an awal tahun 2000an—saat Telkom menjadi pelopor penyedia jasa komunikasi selular melalui Telkomsel—Telkom bisa dikategorikan perusahaan yang bertumbuh menengah atau cepat. Mungkin anda masih ingat saat itu banyak orang berebut membeli kartu hand-phone karena persediaan terbatas. Saking terbatasnya, orang rela membayar jutaan rupiah hanya untuk kartu hp. Biaya sms dan percakapan hp saat itu juga sangat mahal: Rp 250 per sms dan bisa mencapai Rp 2000/menit percakapan.
Telkomsel bisa mendikte harga karena produknya sangat diminati pasar. Alhasil, perusahaan membukukan laba yang terus-menerus meningkat. Laba yang terus meningkat ini berdampak pada naiknya harga saham Telkom.
Dengan berjalannya waktu, banyak pesaing baru menggeluti bisnis komunikasi selular. Kartu hand-phone membanjiri pasar, biaya percakapan dan sms juga menjadi murah. Sekarang ini anda bisa membeli kartu hp Rp 15.000, sudah termasuk pulsa. Anda bisa ngobrol di hp sampai bibir dower dan kuping panas dengan cukup membayar Rp 2.000. Dengan ribuan perak saja anda bisa mengirim ratusan sms. Akibatnya?
Telkom berubah dari perusahaan yang bertumbuh cepat menjadi bertumbuh lamban. Anda bisa lihat sendiri bahwa harga saham Telkom dari tahun 2008 sampai 2010 naik relatif tidak banyak.
Apa yang bisa anda harapkan dari saham golongan ini?
Jangan berharap saham Slow Growers untuk naik pesat. Harga saham mereka biasanya hanya naik turun dalam kisaran tertentu. Yang bisa anda harapkan dari Slow Growers adalah dividen yang lumayan besar. (Dividen adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham.) Karena perusahaan tidak memerlukan modal besar untuk mengekspansi bisnis, mereka memilih untuk mendistribusikan keuntungan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.
(Mengenai dividen, silahkan juga baca pos “Arti Istilah ‘Dividen’ Saham.”)
Stalwarts (Bertumbuh menengah)
Stalwarts umumnya adalah perusahaan raksasa produsen barang konsumsi yang diperlukan banyak orang saat ekonomi baik ataupun buruk. Stalwarts ini bertumbuh mengikuti pertumbuhan ekonomi.
Saham perusahaan jenis ini bergerak dalam kisaran lebih besar dari Slow Growers. Peter Lynch menganjurkan kita untuk menjual saham Stalwarts kalau saham tersebut sudah naik 30-50%. Ia juga mengingatkan bahwa kapan anda membeli saham Stalwarts sangat menentukan besar keuntungan yang anda dapat. Kalau membeli pada saat harga rendah, anda mungkin mendapat keuntungan setelah beberapa tahun. Tapi kalau anda membeli pada waktu yang salah, sangat mungkin anda rugi beberapa tahun ke depan.
Contoh Stalwarts di Bursa Efek Indonesia saat ini adalah Unilever. Unilever memproduksi produk konsumen yang dipakai orang banyak baik pada saat kondisi ekonomi naik ataupun turun.
Awal tahun 2000an Unilever berkembang pesat dan harga sahamnya naik pesat. Sekarang penetrasi pasar produk-produk Unilever di Indonesia sudah tinggi. Perusahaan bisa berkembang dengan inovasi produk baru tetapi kontribusi setiap produk baru relatif kecil terhadap total keuntungan perusahaan. Unilever kemungkinan akan berkembang dan tumbuh seiring pertumbuhan ekonomi nasional.
Fast Growers (Bertumbuh cepat)
Ini adalah tipe favorit Peter Lynch. Fast Growers adalah perusahaan kecil, agresif, yang tumbuh 20-25% setiap tahunnya. Fast Growers ini adalah perusahaan yang sahamnya bisa naik 10-lipat, 50-lipat, atau bahkan 200-lipat.
Perusahaan yang bertumbuh cepat tidaklah harus berada di sektor industri yang tumbuh pesat. Peter Lynch lebih memilih Fast Growers di industri yang tumbuhya lambat. Mengapa? Sektor yang tumbuh pesat akan mengundang banyak pesaing. Dengan banyaknya pesaing, perusahaan beresiko bangkrut kalau kalah bersaing. Fast Growers yang terlalu agresif tanpa didukung pendanaan yang baik bisa berakhir bangkrut.
Harus anda ingat bahwa Fast Growers tidak mungkin tumbuh cepat terus-menerus; suatu saat pertumbuhannya akan melambat. Yang harus anda perhatikan adalah harga saham wajar yang anda bayar untuk perkembangannya dan mengira-ngira kapan pertumbuhan mereka akan melambat.
Saya tidak menemukan contoh Fast Growers di Bursa Efek Indonesia jadi saya akan memakai contoh perusahaan Amerika. Apple Computer di awal tahun 2000an berkembang pesat, berawal dengan produk iPod yang merevolusi industri musik. Setelah sukses dengan iPod, Apple memproduksi iPhone, telepon selular yang laris manis di seluruh dunia. Kemudian iPad—komputer touch-screen produksi Apple—melanda dunia. Dari suksesnya produk-produk ini, saham Apple Computer naik dari US$7 pada Januari 2003 menjadi US$300 pada Desember 2010.
Cyclicals (Bersiklus)
Cyclicals adalah perusahaan yang keuntungannya naik-turun mengikuti kondisi ekonomi. Contoh Cyclicals adalah sektor industri penerbangan, industry pariwisata, industri kimia.
Mari kita lihat contoh industry penerbangan. Pada saat ekonomi baik, jumlah penumpang pesawat meningkat karena masyarakat mampu dan rela membayar mahal untuk mencapai tujuan secepat mungkin. Pesawat selalu penuh penumpang dan perusahaan menikmati keuntungan tinggi.
Ketika ekonomi terpuruk, masyarakat mengurangi perjalanan tapi perusahaan penerbangan tidak bisa langsung mengurangi biaya. Pesawat yang biasa mengangkut 160 penumpang hanya ditumpangi 40 penumpang. Perusahaan rugi besar setiap kali terbang. Tapi perusahaan juga tidak bisa serta-merta membatalkan penerbangan. Pegawai tetap harus digaji, sewa terminal dan sewa pesawat tetap harus dibayar walaupun semua penerbangan dibatalkan. Terbang rugi, tidak terbang lebih rugi lagi.
Timing is everything in cyclicals, begitu tulis Peter Lynch. Saham perusahaan bersiklus bukanlah tipe untuk dibeli-dan-pegang (buy-and-hold). Belilah kala harga saham sudah rendah serendah-rendahnya karena keterpurukan ekonomi dan juallah ketika saham naik karena ekonomi membaik.
Turnarounds (Berubah arah)
Kandidat Turnaround adalah perusahaan yang nyaris bangkrut, hampir mati tapi hidup kembali.
Saat krisis moneter Indonesia tahun 1997-1998, banyak perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta nyaris bangkrut dilit hutang dolar yang membengkak. Setelah krisis lewat, saham perusahaan-perusahaan ini naik sangat tinggi.
Contohnya, saham Astra Internasional (ASII) pernah dijual di harga Rp 200 (disesuaikan karena stock split) pada tahun 1998. Setelah selamat dari krismon, ASII perlahan-lahan naik ke Rp 2000 pada tahun 2001, Rp 10.000an tahun 2005. Jadi, kalau anda nekat membeli ASII ketika kondisi ekonomi Indonesia hampir kiamat dan memegang ASII sampai 2005, anda menikmati kenaikan harga saham 50-lipat.
Contoh kandidat Turnarounds di Amerika sekarang adalah Citibank. Pada saat dihajar krisis Subprime Mortgage, saham Citibank turun dari US$ 40an ke US$ 1. Pemerintah Amerika menganggap Citibank terlalu besar untuk dibiarkan bangkrut. Karena itu, pemerintah Amerika menyuntikkan dana milyaran dolar untuk menstabilkan kondisi perusahaan. Sekarang saham Citibank sekitar US$ 5. Kalau kondisi makin membaik, saham Citibank mungkin bisa naik lebih tinggi lagi.
Asset Plays (Aset Terpendam)
Asset Plays adalah perusahaan yang memiliki aset terpendam yang belum diperhitungkan oleh analis pasar saham. Aset terpendam tersebut bisa berupa tanah, property, anak perusahaan yang bisa dijual mahal, dan lain-lain. Saya belum menemukan contoh Aset Terpendam di Bursa Efek Indonesia.
Hal Penting Tentang Kategori
Anda harus ingat bahwa perusahaan tidak berdiam pada satu kategori untuk selamanya. Fast Growers suatu saat akan melambat pertumbuhannya dan berubah menjadi Stalwarts (bertumbuh menengah). Ada juga Fast Growers yang berubah menjadi Cyclicals. Slow Growers mungkin gagal bersaing, nyaris bangkrut, lalu muncul kembali sebagai Turnarounds.
Misalkan saja, lagi-lagi contoh favorit saya, Apple Computer. Apple Computer adalah Fast Grower pada tahun 1980an. Karena kalah bersaing dengan komputer IBM-compatible dan tidak ada inovasi produk, Apple berubah menjadi Slow Grower di tahun 1990an; harga sahamnya hampir tidak bergeming.
Mendekati tahun 2000, Apple malah nyaris bangkrut dan memerlukan suntikan dana dari Pangeran Al-Waleed bin Talal—investor handal asal Arab Saudi. Awal 2000an setelah Steve Jobs—pendiri Apple computer—kembali memegang kembali pucuk pimpinan, Apple berubah kategori lagi dari Turnaround menjadi Fast Grower sampai sekarang ini. Pada tahun 2010, Apple Computer berhasil menjadi perusahaan teknologi berkapitalisasi terbesar di dunia.
Mengerti tetang kategori suatu saham adalah langkah awal memilih saham. Langkah berikut adalah meneliti perusahaan dengan lebih detil untuk menerka prospek perusahaan. Bagaimana caranya? Lanjut baca ke “Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku ‘One Up on Wall Street’ (Bagian III).”
Pos-pos yang berhubungan:
- Apa Inti Analisa Fundamental?
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]