INSPIRASI BAMBANG KRISTA

Peluang Usaha

INSPIRASI

Senin, 05 Desember 2011 | 13:34  oleh Hafid Fuad
INSPIRASI BAMBANG KRISTA
Bambang Krista: Rezeki ayam kampung tak kampungan (1)

Bisnis ayam kampung bisa membawa rezeki berlimpah di ibu kota. Itulah yang dilakukan Bambang Krista, pemilik Citra Lestari Farm di Bekasi, Jawa Barat. Peternakan ayam kampung milik Bambang mampu memasok 5.000 ekor dan 10.000 butir telur ayam kampung per pekan.

Banyak yang berbisnis ayam kampung di negeri ini. Tapi siapa sangka, bisnis ayam kampung bisa menjadi bisnis primadona di perkotaan. Bambang Krista lewat Citra Lestari Farm di Bekasi, Jawa Barat, membuktikan, bisnis ayam kampungnya membuat dia terkenal sebagai pemasok ayam kampung dan telur di Jakarta.

Bambang sukses membangun rantai bisnis ayam kampung itu di Jabodetabek. Bambang tidak hanya menjual ayam kampung siap potong saja, dia juga menjual telur ayam kampung dan bibit ayam kampung atau daily old chicken (DOC).

Dari peternakan ayam kampung miliknya seluas enam hektare (Ha) di Bekasi, Bambang bisa menghasilkan 3.000 sampai 5.000 ekor ayam kampung siap potong per pekan. Selain itu dia juga menyuplai 10.000 butir telur ayam kampung per pekan untuk memenuhi kebutuhan di pasar-pasar di kawasan Jabodetabek saja.

Belum cukup hanya itu, Bambang juga menjual DOC ayam kampung sebanyak 7.000 sampai 10.000 ekor per pekan. “Omzet saya bisa lebih dari Rp 200 juta,” kata Bambang.

Ayam kampung dan telur ayam kampung dari peternakan Bambang tidak hanya masuk pasar tradisional. Bambang juga memasok ayam kampung itu ke pasar modern. Sementara permintaan DOC ayam kampung berdatangan dari peternak ayam kampung di seputaran Jabodetabek dan beberapa peternak di Jawa Barat.

Kesuksesan pria asli Solo membangun bisnis ayam kampung tidak datang begitu saja. Bambang bekerja keras agar bisa mengangkat pamor bisnis peternakan ayam kampung tersebut.

Salah satu kiatnya adalah, Bambang menyiapkan dengan baik sebelum terjun di bisnis ini. Lihat saja, sebelum membuka peternakan, Bambang lebih dulu melakukan riset untuk mencari bibit ayam kampung yang unggul. Dia meneliti dengan baik, mulai dari mencari induk unggul hingga telur yang layak ditetaskan.

Karena tekun, Bambang sukses menemukan DOC ayam kampung unggul yang diberi nama DOC ayam kampung super. Keunggulan DOC ayam kampung super itu terletak pada usia panen yang lebih cepat dibanding DOC ayam kampung biasa. “Saya butuh enam kali perkawinan silang untuk menemukan DOC ayam kampung super,” ujar Sarjana Peternakan dari Universitas Diponegoro itu.

Menurut Bambang, membesarkan DOC ayam kampung biasa butuh waktu empat sampai enam bulan. “Berbeda dengan DOC ayam kampung super yang bisa panen setelah usia dua bulan,” terangnya.

Setelah mengetahui kelebihan dari DOC ayam kampung super itu, barulah Bambang memberanikan diri membuka peternakan ayam. Dan tentu saja, Bambang juga melakukan pembibitan DOC ayam kampung super untuk dijual kepada para peternak.

Karena produktif, DOC ayam kampung super itu digemari peternak ayam kampung. Alhasil, nama Bambang Krista menjadi populer di mata peternak. Banyak peternak ayam kampung beralih membeli DOC milik Bambang karena lebih menguntungkan dari sisi produksi.

Apalagi harga jual ayam kampung lebih tinggi dibanding dengan ayam buras. Sebagai perbandingan, harga ayam buras di pasaran Rp 16.000 per kilogram (kg). Sementara, harga jual ayam kampung mencapai Rp 25.000 per kg.

Tapi, kesuksesan Bambang berbisnis tidak membuat dia lupa lingkungan sekitarnya. Bambang kini memiliki 20 peternak binaan di Jonggol, Bogor. “Tadinya warga itu menggantungkan hidup di sektor perdagangan saja,” terang Bambang.

Peternak binaan Bambang itu mendapat pasokan DOC dari Bambang. Setelah dibesarkan peternak, Bambang membantu mereka untuk memasarkannya. Saat ini, para peternak di Jonggol itu bisa menghasilkan 5.000 ekor ayam kampung setiap panen (dua bulan).

Selain memiliki binaan, Bambang juga sering bertandang ke berbagai kota untuk memberikan pelatihan beternak ayam kampung kepada sesama peternak. “Motivasi saya adalah ingin berbagi ilmu,” katanya.

Peluang Usaha

PELUANG USAHA

 
Selasa, 06 Desember 2011 | 14:29  oleh Hafid Fuad
INSPIRASI BAMBANG KRISTA
Bambang Krista awali sukses dengan telur ayam kampung (2)

Setelah gagal menjadi peternak ayam broiler, Bambang mulai melirik ayam kampung. Namun ia memilih tak menjual ayam namun menjual telur ayam kampung. Dengan kemasan yang baik, Bambang berhasil menjual telur 50% lebih tinggi dari telur lainnya. Setelah berdagang telur sukses, Bambang mulai melirik usaha breeding farm.

Bambang Krista adalah contoh peternak sekaligus pebisnis yang sukses menggabungkan teori dan praktik. Maklum, pria berusia 48 tahun ini merupakan alumni Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro (Undip), Semarang. Bahkan ketika masih kuliah ia kerap dipercaya sebagai asisten dosen untuk beberapa mata kuliah.

Namun, ketika kuliah dulu, Bambang tak pernah bercita-cita menjadi peternak ayam. Bahkan, saat kuliah dia malah tak mengambil mata kuliah tentang unggas. “Saya dulu bercita-cita ingin punya peternakan sapi, seperti di Eropa,” ujar Bambang

Walaupun awalnya tidak menyukai ayam, selepas kuliah pada 1989 ia terpaksa mulai merintis karier sebagai tenaga ahli di sebuah peternakan ayam broiler di Kramat Jati, Jakarta Timur. Dari situlah Bambang mulai tertarik dengan ayam. Dia melihat perputaran uang dalam bisnis ayam ternyata luar biasa besar.

Bayangkan, dalam waktu 25 hari hingga 40 sejak ayam berumur sehari atau day old chicken (DOC) ayam sudah bisa dipanen dan untung bisa diraih. Selain itu, ibaratnya, pembeli langsung datang ke kandang ayam alias tak perlu memasarkan.

Nahas, peternakan ayam broiler itu terpaksa tutup kandang alias bangkrut saat krisis moneter melanda Indonesia pada 1998 silam. Ketika itu, banyak peternak ayam di negeri ini gulung tikar lantaran tak mampu membeli pakan yang harganya melenting tinggi sekali. Sementara itu, “Harga ayam malah melorot menyesuaikan dengan daya beli masyarakat yang turun akibat krisis,” terang Bambang.

Setelah peternakan ayam broiler itu gulung tikar dan Bambang kehilangan pekerjaan, ia langsung banting setir menjadi pedagang sembako untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Namun jadi pedagang tak lama karena pada 1999, Bambang mendapat tawaran dari seorang temannya untuk bekerja di usaha pembibitan ternak atau breeding farm.

Meski sudah kembali bekerja, Bambang belum lupa dengan rezeki dari ayam broiler. Karena itu, dia masih beternak ayam ini. Bahkan, jumlah ayam broilernya itu pernah mencapai 100.000 ekor.

Sayangnya, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Lagi-lagi terpaan krisis menghantam peternak. Pada 2003, krisis melanda Asia, peternakan Bambang pun kembali runtuh. Dia rugi besar. Sampai-sampai hartanya ludes untuk menutupi kerugian.

Setelah gagal yang kedua ini, Bambang sadar, beternak ayam broiler berisiko tinggi. Ia mulai berpikir untuk beternak ayam kampung. Masalahnya, ketika itu pamor ayam kampung kalah dengan ayam bukan ras (buras) ini.

Namun Bambang tetap nekat. Menurutnya, bagaimanapun ayam kampung lebih tahan penyakit dan biaya perawatannya murah karena tak perlu dengan sistem intensif seperti beternak ayam broiler.

Menginjak 2008, Bambang mulai mantap dengan pilihannya beternak ayam kampung untuk diambil telurnya. “Awalnya sulit untuk mempromosikan telur ayam kampung tersebut,” ujar Bambang.

Agar telur laku, Bambang pun membuat kemasan serapi mungkin. Kemasan ini penting agar telur-telur itu bisa dijual di supermarket. Cara ini ternyata jitu, tak sampai setahun, telur ayam kampung kemasan Bambang mulai laris manis karena ia berhasil untuk menjaga kualitas telurnya. Selain itu, keuntungan Bambang juga 50% lebih besar dibanding penjual telur lainnya. “Dengan pengemasan yang lebih baik, saya bisa untung lebih banyak,” ujar Bambang

Sukses di telur, Bambang mulai mengembangkan usaha dengan menjadi pembibit ayam kampung. Memang risiko di bisnis pembibitan lebih besar dibandingkan dengan menjadi peternak. Namun, Bambang juga tahu persis tak banyak pebisnis yang bermain di pembibitan ayam kampung. “Karena itu saya yakin bibit saya pasti laku,” ujarnya.

Dengan menjadi penyuplai bibit, ia tidak perlu bersaing ketat dengan peternak lainnya, namun justru membantu usaha mereka. “Bidang breeding farm masih sangat dibutuhkan peternak,” ujar Bambang.

Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/84403/Bambang-Krista-Rezeki-ayam-kampung-tak-kampungan-1-
http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluangusaha/84540/Bambang-Krista-awali-sukses-dengan-telur-ayam-kampung-2-

Terimakasih telah membaca di Topbisnisonline.com, semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, Aopok.com dan join di komunitas Topoin.com.


Top Bisnis Online
Logo
Compare items
  • Total (0)
Compare
0