KIAT MANAJEMEN:
—- Generasi penerus juga membutuhkan pembelajaran untuk meningkatkan kompetensinya–
Toula Corporation (Toula) adalah sebuah perusahaan pakaian dengan tim
desainer yang tersebar di tiga benua. Perusahaan ini memiliki kantor
pusat dan sebuah pusat distribusi di Dallas, Texas, AS, serta fasilitas
produksi di China daratan.
Toula didirikan pada 1986 oleh Eddie Wang dan istrinya, Ming Wang.
Pada 2003, putra tertua mereka, Steven, bergabung dengan perusahaan.
Steven berperan besar dalam membantu perusahaan tumbuh pesat. Tiga tahun
berikutnya, Eric, adik Steven, juga turut bergabung. Saat ini Eric
mengawasi operasi ritel perusahaan.
Dalam sebuah wawancara, Eddie mengatakan bahwa dia memiliki hubungan
baik dengan anak-anaknya. Eddie sangat dekat dengan kedua putranya sejak
mereka masih kecil. Steven menambahkan bahwa harus ada rasa saling
percaya yang kuat di antara anggota keluarga. Dan ia sangat menghormati
orang tuanya mengingat apa yang telah mereka lakukan bagi kemajuan
perusahaan. Ketika melihat Steven sudah makin mahir menangani bisnis
perusahaan, tanpa ragu-ragu Eddie memberinya lebih banyak keleluasaan.
Terciptanya hubungan yang baik, rasa saling percaya, dan rasa saling
menghormati antar anggota keluarga, seperti yang dikemukakan oleh
keluarga Wang, memang cara terbaik untuk memulai membangun kualitas
kepemimpinan generasi penerus. Selama ini, banyak orang ragu generasi
penerus akan mampu memimpin perusahaan layaknya generasi senior.
Keraguan ini berangkat dari kenyataan seputar banyaknya perusahaan
keluarga yang ambruk setelah ditinggal pendirinya. Pendiri dapat menepis
keraguan ini dengan cara mendidik sejak dini generasi penerus agar
memiliki kualitas kepemimpinan yang setara, bahkan kalau bisa melebihi
dirinya.
Di samping hubungan yang baik, rasa saling percaya, dan rasa saling
menghormati antar anggota keluarga, rasa memiliki dan kebanggan terhadap
perusahaan juga wajib ditanamkan oleh generasi senior kepada generasi
penerus. Jika hal ini berhasil dilakukan, generasi penerus akan
menjalankan bisnis perusahaan dengan penuh dedikasi, tanpa perasaan
terpaksa.
Generasi penerus tidak mungkin dapat bekerja optimal tanpa
pengetahuan yang memadai. Menjadi tugas generasi seniorlah untuk
mentransfer pengetahuan yang dibutuhkan, terutama tentang informasi yang
berkaitan dengan perusahaan dan industri yang digeluti. Generasi
penerus juga membutuhkan pembelajaran untuk meningkatkan kompetensinya.
Dalam hal ini, generasi senior harus berperan sebagai mentor bagi
generasi penerus.
Dalam proses pembelajaran ini, ada kalanya generasi penerus
mengemukakan inisiatif, pendapat, dan juga keprihatinan terhadap
pengelolaan perusahaan yang membuat generasi senior merasa tidak nyaman.
Menghadapi situasi ini, generasi senior hendaknya jangan terburu-buru
bersikap apriori. Anggaplah ini sebagai wujud kepedulian generasi muda
terhadap kemajuan perusahaan. Generasi muda dalam perusahaan keluarga
umumnya memang cerdas. Prestasi akademik mereka pun meyakinkan.
Bagaimanapun mereka masih membutuhkan banyak pengalaman. Disinilah
diperlukan kebijaksanaan generasi senior.
Semangat Wirausaha
Di dunia ini, tidak ada perusahaan yang dapat tumbuh dan berkembang
tanpa dilandasi semangat dan keterampilan kewirausahaan para
pemimpinnya. Semangat dan keterampilan inilah yang melekat kuat dalam
diri generasi senior atau pendiri perusahaan keluarga.
Mereka adalah orang-orang dengan visi yang jelas, pandai beradaptasi
dengan perubahan lingkungan, jeli melihat peluang-peluang baru, pantang
menyerah, pandai meyakinkan orang lain, dan berani mengambil risiko.
Dengan karakter-karakter semacam inilah pendiri perusahaan keluarga
bekerja secara sistematis mengatasi aneka tantangan yang dihadapi
sehingga peluang menjadi lebih besar dan dapat diwujudkan dalam operasi
bisnis yang nyata dan menguntungkan. Setelah perusahaan tumbuh dan
berkembang, maka tugas selanjutnya dari generasi senior adalah
menularkan semangat dan keterampilan kewirausahaan ini kepada generasi
penerus.
Di banyak perusahaan keluarga, masih berkembang pemikiran bahwa anak
laki-laki tertualah yang bakal menjadi penerus perusahaan keluarga.
Kenyataannya, banyak pula wanita yang telah terbukti kemampuannya dalam
memimpin.
Sebagai contoh, di Thailand ada Yuwadee Chirathivat, anggota keluarga
Chirathivat, presiden Central Department Store, yang beroperasi di
bawah Central Retail Corporation (CRC), perusahaan ritel terbesar di
Thailand. Yuwadee bergabung dengan Central sejak 1981, setahun sebelum
pusat perbelanjaan pertamanya dibuka. Di Filipina, terdapat nama
Teresita Sy-Coson, putri Henry Sy Sr, pendiri SM Prime Holdings, Inc,
operator ritel dan pusat perbelanjaan terbesar di Filipina.
Saat ini Teresita menjabat sebagai Vice Chairman SM Investment Corp.
(SMIC), induk SM Prime Holdings, Inc. Selama lebih dari dua dekade
Teresita memimpin operator ritel SM. Lance Gokongwei, presiden JG Summit
Group, yang merupakan pesaing SM, menggambarkan Teresita sebagai
seseorang yang memiliki kemampuan melihat situasi dari berbagai sudut
pandang, fokus pada hal-hal detil, namun sangat membumi.
Teresita disebut-sebut sebagai calon penerus pemimpin perusahaan,
menggantikan ayahnya. Mengingat banyaknya wanita yang terbukti mampu
memimpin dalam bisnis, maka memilih penerus berdasarkan jenis kelamin
tidak relevan lagi dipertahankan.
Demikian pula halnya dengan memilih berdasarkan usia. Selama memenuhi
kualifikasi, setiap anak layak diberi kesempatan yang sama, baik
laki-laki maupun wanita, berapapun usianya. Dengan kata lain, pendiri
harus bersikap adil terhadap anak-anaknya.
Membangun kualitas kepemimpinan, menanamkan rasa bangga dan memiliki
terhadap perusahaan, membekali dengan pengetahuan, memompa semangat dan
jiwa kewirausahaan, dan bersikap adil terhadap setiap anak adalah
langkah-langkah yang wajib ditempuh guna agar perusahaan keluarga
menghasilkan generasi penerus yang
berkualitas.(Ilustrasi:run4orphans.org) (msb)
*CEO of The Jakarta Consulting Group
http://www.bisnis.com/articles/kiat-manajemen-generasi-penerus-harus-siap-berkiprah

