
PELUANG BISNIS LANTAI KAYU
Berkat parket, laba semakin lengket
Oleh Fransiska Firlana – Selasa, 09 Oktober 2012 | 14:10 WIB

Membuka usaha jasa rata-rata kebutuhan modalnya tidak
besar. Seperti bisnis jasa pemasangan dan penjualan parket kayu. Meski
untung tipis, namun karena modal mini dan tarif cukup tinggi, maka balik
modal tidak butuh waktu lama.
Untuk menciptakan suasana nyaman
dan adem pada suatu ruangan, selain bermain dengan warna cat dinding,
pemilik apartemen atau rumah biasanya juga memainkan motif dan bahan
lantai. Selain memakai bahan pualam, lantai berbahan kayu juga cukup
diminati untuk menambah suasana adem suatu ruangan.
Untuk memiliki lantai berbahan kayu ini, biasanya para pemilik hunian memanfaatkan jasa pemasangan dan penjualan parket (parquet). Parket merupakan istilah untuk menyebut proses menyusun potongan-potongan kayu untuk dijadikan pelapis lantai ruangan.
Ada beragam tipe parket: solid wood, engineering parquet, dan laminate parquet. Solid wood
merupakan parket yang dibuat dari potongan kayu yang hanya terdiri dari
satu jenis kayu. Kayu yang dimanfaatkan antara lain kayu jati,
sonokeling, merbau, dan oak. Engineering parquet merupakan
parket yang terbuat dari kayu lapisan. Biasanya pada bagian atas
terdapat lapisan tipis dan pada bagian bawah berupa jenis multiplek atau
kayu lapis.
Adapun laminate parquet merupakan parket yang
berbahan dari serbuk kayu atau potongan-potongan kayu berkualitas yang
kemudian digiling menjadi serbuk. Setelah menjadi serbuk, proses
berikutnya adalah di-press menjadi lembaran papan yang selanjutnya
disebut High Density Fiber (HDF). Kayu HDF ini kemudian ditempelkan
dengan plastik yang bermotif kayu kemudian dilaminating kembali dengan
mesin press.
Menurut penjual dan pemasang parket, baik kayu
solid maupun laminate parquet sama-sama disukai konsumen. “Klien yang
berkantong tebal pasti milih memakai solid wood. Tapi, kalau kantongnya tipis biasanya memilih laminate parquet,” kata Rudy Gunawan, pemilik Timur Jaya Flooring di Sidoarjo, Jawa Timur.
Rudy
bilang, sejak tiga tahun hingga lima tahun terakhir, penggunaan bahan
kayu sebagai lantai memang semakin ngetren. Ini juga membuat banyak
pemain di bisnis ini menjamur. “Persaingan semakin ketat sekarang,
banyak pemain yang membanting harga,” jelas Rudy yang sudah memulai
bisnis ini sejak tahun 2006 silam.
Keuntungan 20%
Manisnya
bisnis ini juga membuat Dadang Sebastian tertarik menjajal bisnis ini
sejak dua tahun silam. Pemilik Kios Parquet di Bandung ini mengakui
potensi bisnis ini semakin besar. Ini didukung dengan tren konsep hunian
yang back to nature. “Pasarnya juga semakin luas,” katanya.
Segmen
pasar bisnis ini antara lain hotel, perkantoran, restoran, perumahan,
dan apartemen. Klien Dadang antara lain Apartemen Central Park Jakarta,
Apartemen Essence Darmawangsa, Hotel Sabang Bandung, Padma Hotel
Bandung, Bank Indonesia Solo, dan Universitas Padjajaran.
Sementara
itu, klien-klien yang pernah ditangani Timur Jaya Flooring antara lain
PT Jawa Pos (Gedung DBL), PT Semen Gresik, PT Angkasapura I (Bandara
Juanda Surabaya), Hotel JW Mariott Surabaya, Hotel Sommerset Surabaya,
Hotel Bali Madiun, Apartement Metropolis Surabaya, Apartement Aston, dan
Twin Tower Surabaya.
Meski terbilang baru dalam bisnis ini,
namun omzet yang diperoleh Dadang cukup besar. Setiap bulan, dia bisa
mengantongi omzet antara Rp 100 juta hingga Rp 150 juta.
Sementara
itu, Rudy yang lebih banyak melayani pemasangan laminate parquet setiap
bulan juga bisa mengantongi omzet di kisaran Rp 80 juta hingga Rp 100
juta. Keuntungan bersih yang didapat sekitar 20%. “Sebulan bisa ada
orderan lima hingga tujuh klien,” katanya.
• Pilih bahan baku
Anda
tertarik untuk menjajal usaha ini? Ada hal yang harus dipertimbangkan
masak-masak yaitu seputar bahan baku parket. Menurut Dadang, sekarang
untuk mendapatkan bahan baku parket berupa kayu solid semakin sulit.
Sebab, ketersediaan bahan baku kayu sangat terbatas. “Biasanya saya
mengambil kayu dari daerah Jawa Tengah. Di sana, kayu akan diolah
membentuk potongan-potongan yang diproses sehingga layak untuk lantai,”
jelasnya.
Dadang bilang, untuk mengantisipasi sulitnya
mendapatkan parket kayu solid lokal, bisa saja Anda membeli dari
importir. Sebab, parket jenis ini ada juga yang diimpor dari China.
“Bila memang kesulitan, bisa saja menghubungi saya atau distributor
lain,” jelasnya.
Nah, bila ingin mendapatkan order dengan cepat,
sebaiknya Anda menawarkan laminate parquet. Parket jenis ini cenderung
lebih mudah ditemukan, sebab pemasoknya cukup banyak ditemui. Merek
lantai jenis yang banyak ditemui di pasar antara lain Kendall, JU Top,
Power Deko, Miko Dekor, Konig, Classen, Hornitek, Kendo, Anderson, dan
Kris Floor.
Rudy bilang, produk-produk laminate parquet umumnya
merupakan impor dari China. “Sebaiknya kalau belanja parket impor itu
jauh hari sebelum lebaran atau liburan tahun baru,” katanya. Sebab,
biasanya jika membeli menjelang momen tersebut, harga akan lebih mahal.
Maklum, barang yang datang semasa lebaran dan tahun baru harus menginap
di gudang karena hari libur. Artinya, ada biaya sewa. Jadi untuk
mengantisipasi hal tersebut, sebaiknya sediakan stok barang yang
diminati pasar.
Menurut Rudy, laminate parquet sangat disukai
klien untuk pemasangan hunian pribadi. Selain harganya lebih murah,
pemasangan pun bisa lebih cepat ketimbang lantai kayu solid. Untuk harga
produk plus jasa pemasangannya, Rudy menawarkan harga Rp 165.000 per
meter persegi (m²) hingga
Rp 255.000 per m².
Sedangkan
Dadang menawarkan harga mulai Rp 135.000 hingga Rp 500.000 per m². Tarif
yang dia kenakan sangat tergantung pada jenis kayu yang dipesan oleh
klien. Paling mahal memang kayu jati solid.
Pemasangan laminate
parquet biasanya tidak dikenakan batasan minimal order. Namun untuk
pembelian dan pemasangan kayu solid biasanya
dibatasi minimal order
sekitar 20 m². Untuk jangka waktu pemasangan, biasanya lantai kayu solid
lebih memakan waktu yakni bisa sampai satu minggu. Sedangkan pemasangan
laminate parquet paling hanya dua hari atau tiga hari selesai.
• Keahlian dan kebutuhan karyawan
Rudy
bilang, untuk memulai bisnis ini kuncinya adalah keahlian, baik di
bidang parket maupun pemasaran. “Karena tidak mudah untuk mendapatkan
klien kalau kita tidak berpengalaman,” katanya. Bagi pemula, untuk
memperkenalkan jasa yang ditawarkan bisa melalui pintu ke pintu. Selain
itu
juga harus didukung oleh
promosi di internet.
Nah,
kalau ingin mudah mendapatkan klien sebaiknya Anda memang memiliki
pengalaman bekerja di perusahaan sejenis didukung dengan semangat
belajar otodidak. Tujuannya, untuk mengasah kemampuan dan menggali
informasi. “Kalau sudah ada pengalaman di perusahaan lain, tidak akan
sulit mencari klien,” kata Rudy yang sebelumnya bekerja selama setahun
di perusahaan serupa.
Selain memudahkan mencari klien, jika Anda
yang tidak tahu mengenai seluk beluk parket, bekerja di perusahaan lain
terlebih dulu akan ada banyak peluang untuk mempelajarinya. Informasi
yang perlu Anda gali antara lain mengenai teknik pemasangan, jenis kayu,
jaringan pemasok bahan baku, jaringan pemasaran, dan jaringan tenaga
kerja.
Menurut Rudy, bila sudah mempunyai modal tersebut,
khususnya soal teknik pemasangan, Anda bisa mulai terjun ke usaha ini.
Yang terpenting Anda harus merekrut minimal dua tukang yang sudah
berpengalaman di bidang ini. “Kalau ada proyek banyak, kita bisa
merekrut tenaga lepas,” kata Rudy. Para tenaga lepas ini tidak perlu
berpengalaman khusus di bidang pemasangan parket. Yang penting, memiliki
pengalaman sebagai tukang. Tenaga lepas ini paling tidak membutuhkan
lima orang yang dibayar secara harian sekitar Rp 70.000 hingga Rp
75.000.
• Modal usaha
Bila
keahlian di berbagai bidang parket sudah di genggaman, Anda bisa mulai
usaha ini. Soal modal finansial, menurut Rudy, sebenarnya tidak besar.
Barang inventaris yang harus dimiliki antara lain aneka alat
pertukangan, mesin pemotong kayu, dan mesin press lantai. Baik mesin
pemotong maupun mesin press bisa dibeli seharga masing-masing Rp 1 juta –
Rp 2 juta per unit. Nah, untuk mengawali bisnis ini, Anda cukup
memiliki masing-masing dua unit mesin.
Terkait dengan alat
transportasi, Anda cukup memiliki mobil jenis bak terbuka untuk
mengangkut bahan baku, baik kayu maupun lem. “Kalau tidak ada dana untuk
membeli mobil, bisa sewa saja,” kata Rudy.
Nah untuk mendukung
promosi, Anda sebaiknya memiliki komputer yang terkoneksi internet. Soal
lokasi usaha, Anda bisa memanfaatkan rumah pribadi untuk menekan biaya
pengeluaran bulanan. Yang termasuk dalam biaya pengeluaran antara lain
belanja bahan baku termasuk lem, bayar tukang, bayar tenaga lepas,
cicilan kendaraan, biaya listrik dan air. “Biaya bahan baku yang paling
besar menyedot biaya, bisa 70% sendiri. Kalau gaji tukang itu tidak
besar,” katanya.
Bila dalam waktu sebulan Anda sudah mendapatkan
lima klien dengan luas pasang masing-masing 500 m² dengan parket
seharga Rp 165.000 per m², dalam waktu satu bulan, Anda bisa balik
modal.
Yuk, meraup rezeki dari potongan kayu di lantai?
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/berkat-parket-laba-semakin-lengket

