Salah
satu peluang hisnis yang tak pernah akan habis penggemarnya, pastinya
adalah bisnis kuliner atau makanan. Beragam inovasi menu dan variasi
bumbu, menjadi alasan mengapa bisnis ini terus tumbuh subur di
masyarakat. Dengan strategi pemasaran prodak yang prima, bukan mustahil
bisnis makanan bisa mendatangkan untung yang berlipat. Salah satu jenis
kuliner yang sedang populer dan memiliki prospek bisnis yang cukup
menjanjikan adalah bisnis kebab. Kebab
merupakan sebutan untuk bermacam hidangan daging panggang atau bakar.
Sajian ini umum ditemui dalam masakan Laut Tengah, Kaukasus, Asia
Tengah, Asia Selatan hingga masakan beberapa negara Afrika. Daging yang
umum diolah menjadi kebab adalah daging domba dan daging sapi. Terkadang
mereka juga memakai daging kambing, daging ayam, ikan, atau kerang.
Kelezatan dagingnya yang dikombinasi dengan aneka sayuran segar membuat
kebab banyak disukai masyarakat dari kalangan anak-anak hingga dewasa.
Cita rasa yang mampu disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia
menjadi salah satu keunggulan makanan bergizi tersebut. Berbagai varian
menu kebab makin bertambah menarik ketika para pelaku usaha memberikan
sentuhan produk dengan bahan yang bervariasi. Di Timur Tengah, kebab
dibuat dari bahan baku daging kambing atau domba, sementara di Indonesia
kebab berhasil dikreasi dengan daging sapi, ayam, maupun seafood. Meski
bukan jenis makanan baru, kebab tetap menjadi pilihan menarik untuk
kudapan. Inilah yang mendorong Ardiansyah Murdiawan membuka Corner
Kebab pada 2007 di daerah Jakarta Selatan. Dari berbagai riset, ia
menyimpulkan, prospek bisnis kebab cukup cerah di Indonesia. Usianya
baru 29 tahun, tapi Ardiansyah Murdiawan Saputra berhasil menggaet 150
mitra ikut nimbrung berbisnis kebab. Kesuksesan dirintis sejak kuliah di
ITS Surabaya. Saat di bangku kuliah, Ardiansyah memenangi lomba
pembuatan proposal bisnis. Sejak itu, cakrawala bisnis Ardiansyah
semakin terbentang. Sejak memulai bisnis ini, Ardiansyah kini
menjadi juragan Corner Kebab yang memiliki 150 mitra di seluruh
Indonesia. Rata-rata setiap mitra mencatat omzet Rp 10 juta per bulan,
atau sekitar Rp 1,5 miliar untuk 150 gerai. Setelah dikurangi biaya
produksi, operasional serta bagi hasil dengan mitra, Ardiansyah membawa
pulang profit kotor sebesar Rp 92,5 juta sebulan. Darah bisnis
Ardiansyah agaknya mewarisi mental bisnis sang ayah. Bapaknya adalah
pedagang kelontong, sementara ibunya berprofesi sebagai pegawai negeri
sipil (PNS). Nah, sedari kecil, Ardiansyah sudah terbiasa membantu
orangtuanya berjualan kelontong. Selepas tamat dari bangku SMA,
Ardiansyah melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik Elektro Institut
Teknologi 10 November, Surabaya (ITS). Bangku kuliah agaknya berperan
besar mengasah mental pebisnis Ardiansyah. Sebab, semasa kuliah itu,
Ardiansyah bertekad untuk Mandiri dan tak mau membebani orangtuanya. Sebagai
seorang enterepreneur muda, Ardiansyah terus melakukan inovasi produk.
Ia menyediakan menu chicken sozzis, beef sozzis, chicken syawarma hingga
fish finger kebab. Harganya, mulai Rp 8.000 sampai Rp 12.000 per porsi.
Setelah setahun membuka usaha, Ardiansyah berani menawarkan kerja sama
kemitraan. Hingga saat ini mitra Corner Kebab telah mencapai 150 outlet,
tersebar di Pulau Jawa dan Kalimantan. Corner Kebab menawarkan dua
jenis waralaba: tipe outdoor gerobak dengan investasi awal sebesar Rp 36
juta dan tipe outdoor booth dengan investasi awal senilai Rp 46 juta. Selain
menjelaskan perbedaan teknis, Ardi mengatakan, bisnis kebabnya
menjalankan sistem pengembangan yang ‘tidak umum’. Mulai tahun 2010, ia
menawarkan sesuatu yang berbeda kepada para calon mitra. Yakni, sistem
kemitraan bagi hasil secara syariah. Menyasar calon mitranya yang super
sibuk, sistem bagi hasil secara syariah ini teknisnya adalah dengan cara
mengirimkan karyawan sebagai operator dengan sistem penggajian berupa
bagi hasil.Tawaran ini ternyata cukup menyedot minat calon mitra
Ardiansyah. Walaupun optimistis, Ardiansyah mengaku memiliki
tantangan dalam melakukan ekspansi. Salah satunya adalah penutupan keran
impor daging sapi dari Australia. Saat ini, Ia belum bisa memperkirakan
dampaknya penghentian impor sapi itu bagi usahanya. Ia khawatir,
penghentian impor sapi dari Australia itu membuat harga daging di dalam
negeri kian mahal. Namun, ancaman kenaikan harga daging itu
membuat otak bisnis Ardiansyah bekerja. Ia sekarang sedang mempersiapkan
strategi untuk meningkatkan promosi kebab ikan di semua gerai miliknya.
Ia mengaku tidak bisa mengurangi komposisi daging pada menu kebab di
Corner Kebab. “Kalau saya kurangi daging, maka itu akan merusak
kepercayaan pelanggan kepada kami,” ungkap Ardiansyah, seperti dikutip
dari Kontan Online. Hal
lain yang bisa menghambat ambisi Ardiansyah adalah kepopuleran kebab
pada masyarakat. Ia khawatir muncul kemitraan atau waralaba kebab yang
menawarkan harga kemitraan atau waralaba yang lebih murah. Tapi,
Ardiansyah mengaku ada beberapa teknik cara mempertahankan diri dari
gempuran kompetitor. Antara lain, menerapkan program garansi membeli
gerai kembali, menerapkan sistem syariah, dan menggunakan peralatan yang
berkualitas. “Saya tidak seperti kemitraan yang lain yang hanya menjual
putus,” tegas Ardiansyah. Meski sudah berhasil menggandeng 150
mitra kerja, Ardi memilih ambisi untuk paling tidak merangkul hingga 300
mitra hingga akhir tahun2011. Untuk mencapai target tersebut.
Ardiansyah juga mempersiapkan strategi berani, yakni dengan cara
memberikan garansi membeli kembali gerobak gerai kebab yang kontrak
kemitraannya telah berakhir. Ia yakin dengan starteginya memberikan
garansi pembelian gerobak kembali, menerapkan sistem syariah, dan
menggunakan peralatan yang berkualitas, bakal cukup ampuh menahan
gempuran kompetitor. Bagi Ardiansyah, dalam mengambangkan bisnis,
modal yang paling penting adalah kejujuran, sedangkan modal merupakan
nomor dua. “Kejujuran menghasilkan kepercayaan dan dengan kepercayaan
orang akan mau berbisnis dengan kita. Jika kepercayaan hilang, maka
tidak satupun orang mau berteman apalagi untuk kerja sama bisnis,” tegas
Ardiansyah. (*/AS) |