
TAWARAN KEMITRAAN KULINER: WAFFLE
Oleh Havid Vebri, Eka Saputra – Senin, 21 Mei 2012 | 15:59 WIB
Kue waffle makin populer di
Indonesia. Camilan manis asal Eropa ini juga telah menjadi bagian dari
gaya hidup masyarakat saat ini. Melihat peluang itu, Asia Waffle Utama
menawarkan paket kemitraan waffle senilai Rp 45 juta. Omzet mitra diperkirakan Rp 31,5 juta per bulan.
Bisnis kue waffle
agaknya memang manis. Makanya, beberapa pemain di bisnis ini mulai
menawarkan kemitraan atau waralaba. Ambil contoh, Asia Waffle yang
berbasis di Solo, Jawa Tengah.
Usaha yang berdiri tiga tahun
lalu itu mulai berani menawarkan kemitraan Februari 2012. Adi Bagus,
Master Franchise Asia Waffle untuk wilayah DKI Jakarta, Bandung dan Luar
Pulau Jawa mengklaim, tawaran kemitraan Asia Waffle mendapat sambutan
positif dari pasar.
Saat ini, gerai mitra Asia Waffle mencapai
11 unit yang tersebar di sejumlah daerah, seperti di Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Solo, Semarang, dan Banjarmasin. “Dalam waktu
dekat akan menambah tiga unit lagi,” katanya. Sementara itu, gerai
sendiri berjumlah empat di Surabaya. “Awalnya kami memang buka di
Surabaya,” ujarnya.
Asia Waffle menyediakan empat varian rasa,
seperti vanila, stroberi, pandan, dan cokelat. Untuk menambah rasa
lezat, pelanggan bisa membubuhi dengan aneka topping sesuai dengan selera, seperti chocochips dan keju. “Mitra juga kami bolehkan melakukan inovasi dengan menambah topping,” ujarnya.
Menurut
Adi, dalam menjalankan bisnis ini, citarasa waffle harus diperhatikan.
Kendati demikian, mitra tidak diizinkan mengubah citarasa dasar produk.
“Mitra hanya boleh melakukan inovasi di topping,” ujarnya.
Asia
Waffle hanya menawarkan satu paket kerja sama dengan investasi Rp 45
juta, belum termasuk sewa tempat. Di Jakarta, misalnya, biaya sewa
tempat diperkirakan Rp 5 juta per bulan atau Rp 60 juta setahun.
Paket investasi ini mengusung konsep outlet atau gerai di mal-mal. Dengan membayar Rp 45 juta, si mitra sudah mendapatkan booth, waffle maker, bahan baku untuk 200 buah waffle, media promosi, kaos seragam karyawan, dan masih banyak lagi. “Dalam kerja sama ini tidak ada franchise fee,” ujarnya.
Adi menargetkan, dalam sehari mitra bisa menjual minimal 70 waffle. Dengan harga jual Rp 13.000 – Rp 15.000, mitra akan mendapatkan keuntungan sekitar Rp 6.000-Rp 7.000 per waffle.
Dengan target penjualan 70 waffle
per hari, omzet yang didapat mitra sekitar Rp 31,5 juta per bulan.
Adapun laba kotornya sekitar 14,7 juta per bulan. Setelah dikurangi sewa
tempat dan gaji karyawan, hitungan Adi, mitra bisa balik modal lima
sampai enam bulan.
Pietra Sarosa, pengamat waralaba dari Sarosa
Consulting Group menilai, prospek bisnis waffle cukup bagus. Kendati
bukan makanan sehari-hari di Indonesia, tapi waffle sudah menjadi bagian
gaya hidup masyarakat hari ini. “Yang penting segmen pasarnya tepat dan
harus berinovasi dalam hal menu ,” ujarnya.
Ia menyarankan,
calon mitra harus mencicipi dulu produk waffle yang ditawarkan Asia
Waffle. Selain itu, mitra juga harus mendapatkan lokasi yang pas.
Lokasi
di mal lebih prospektif, tapi sewanya mahal. “Nanti harga jualnya bisa
disesuaikan dengan kelas malnya. Kalkulasi kembali hitungannya karena
investasi bisa membengkak berkali lipat karena faktor sewa itu,”
ujarnya.
Asia Waffle
Jl. RE Martadinata, No. 275 Solo,
Jawa Tengah
HP: 081226675369
Sumber:
http://peluangusaha.kontan.co.id/news/mencicipi-manisnya-kemitraan-waffle/?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter