Tahun 2021 bisa dikatakan IHSG telah pulih meski masih dibayangi pandemi virus corona. Sepanjang tahun IHSG menguat 10,08%, bahkan sempat menyentuh titik tertingginya 6723. Ini tentu saja menjadi pengalaman yang lengkap bagi investor, termasuk juga blimin. Kita telah melalui 1 siklus pasar. Dimana tahun lalu kita mengalami market crash dan di tahun berikutnya langsung menikmati pemulihan yang luar biasa.
Keputusan untuk terus bertahan disaat pasar crash memberi dampak yang positif pada kinerja investasi blimin. Kinerja kami menyentuh angka 21.15%. mungkin tidak terdengar luar biasa bagi kalian, karena diluar sana banyak sekali testimoni yang mengatakan profit ratusan bahkan ribuan persen dalam setahun. Disini blimin tetap bangga karena tolak ukur yang blimin gunkan adalah kinerja IHSG. Saat ini kinerja kami 11% diatas kinerja Indeks Harga Saham Gabungan dalam periode yang sama.
Metode Pengukuran Portofolio
Sejatinya, mengukur kineja investasi saham sangat mudah. Bila di awal tahun modal investasi kita 100 juta kemudian di akhir tahun nilainya menjadi 120 juta, maka keuntungan investasinya adalah 20%. Berbeda dengan tahun sebelumnya blimin tidak ada melakukan top up dana di tahun 2021, justru blimin melakukan penarikan 2 kali tepatnya di bulan Januari dan November. Lalu bagaimana cara menghitung kinerjanya?
Mengukur kinerja investasi dengan metode Net Asset Value (NAV) masih relevan digunakan untuk investor yang aktif melakukan top up maupun withdraw di pertengahan tahun. Jadi Portofolio investasi kita diibaratkan sebagai sebuah reksadana. Ini mungkin terdengar sedikit rumit namun akan menjadi jauh lebih mudah bila melihatnya secara langsung.
Kriteria Pemilihan Saham
- Memiliki Return On Equity diatas 10% selama 5 Tahun Terakhir
- Harganya diskon ditunjukkan dengan PBV dibawah 0,8x
- Kondisi keuangan perusahaan Sehat ditunjukkan dengan DER dibawah 80%. Foktor hutang sepertinya menjadi salah satu faktor penting dalam pemilihan saham di tahun 2021.
Tidak ada perubahan signifikan pada strategi pemilihan saham yang blimin gunakan. seiring dengan kenaikan IHSG, blimin mencoba menerapkan kriteria pemilihan saham lebih konservatif.
Catatan Penting
Bagian ini sepertinya menjadi waktu yang tepat untuk mengatakan Bye Bye Saham. Di bulan januari 2022 blimin memutuskan menjual semua saham di portofolio. Bukan karena telah melampaui nilai intrinsic atau take profit. Bukan juga karena kecewa dengan investasi yang hanya 20% ( blimin masih mengganggap ini hasil yang bagus). Dan alasannya adalah ada kebutuhan mendadak yang harus depenuhi.
Syukurnya kebutuhan ini muncul di awal tahun 2022, saat IHSG masih berada di harga 6600an, atau bisa dibilang titik yang tinggi. Bisa dibayangkan bila kebutuhan ini muncul di tahun 2020 saat virus corona pertama kali masuk ke Indonesia dan IHSG berada di titik 4500an. Bisa dibayangkan berapa yang blimin akan alami?
Dari kejadian ini, blimin menyadari pentingnya pondasi keuangan yang kuat sebelum berinvestasi. Karena kebutuhan mendadak dan hal hal lain yang memaksa untuk menarik dana akan sangat mengganggu kinerja investasi, bahkan menyebabkan kerugian pada dana investasi yang kita kumpulkan bertahun tahun.
Setelah berseluncur di internet, blimin menemukan ada 4 tahapan yang perlu disiapkan untuk membangun pondasi keuangan yang kuat sebelum berinvestasi.
Artikel kali ini akan blimin tutup dengan quotes dari bang raditya dika “filosofi investasi gue adalah gua investasi bukan buat jadi kaya, tapi gue investasi untuk membantu mencapai tujuan tujuan keuangan gue dengan uang yang lebih sedikit. Gue kaya dari invest di diri gue sendiri dari skill dan value”.