3. Apakah anda punya kemampuan untuk sukses berinvestasi saham?
Ini, menurut Peter Lynch, adalah pertanyaan terpenting. Daftar kemampuan tersebut harus termasuk kesabaran (patience), percaya diri (self-reliance), akal sehat (common sense), toleransi rasa sakit (tolerance for pain), pandangan luas (open-mindedness), ketidak-berpihakan (detachment), kegigihan (persistence), kerendahan hati (humility), fleksibilitas (flexibility), kemauan melakukan riset sendiri (a willingness to do indepent research), kemauan untuk mengakui kesalahan (a willingness to admit to mistakes), dan kemampuan mengabaikan kepanikan masyarakat umum (ability to ignore general panic).
Mengenai IQ, investor yang sukses umumnya mempunyai IQ di atas 10% IQ terendah dan di bawah 3% IQ tertinggi. Artinya, kalau anda tidak idiot, anda bisa sukses investasi saham. Sebaiknya juga anda bukan seorang jenius karena jenius biasanya berpikir terlalu rumit dan merasa lebih pintar dari pasar yang akhirnya membuat ia menuai kerugian.
Yang tidak kalah penting adalah kemampuan untuk membuat keputusan tanpa informasi yang lengkap. Kalau anda menunggu informasi lengkap sebelum beraksi, kemungkinan besar anda sudah terlambat: begitu anda beli, harga saham malah bergerak turun.
Nah, cobalah anda mengevaluasi diri sendiri apakah anda punya kemampuan dasar untuk berinvestasi saham. Ingat, tidak semua orang layak main saham, sama seperti tidak semua orang layak jadi penyanyi. Banyak orang yang suaranya parau sember seperti kaset rusak tapi bersikeras mau jadi penyanyi hanya karena melihat penyanyi banyak duitnya atau banyak pacarnya.
Kalau anda memang tidak mampu, jangan memaksa diri. Kemauan tanpa kemampuan menuai kekecewaan. Kalau anda tidak cocok main saham, jangan berkecil hati. Masih banyak pekerjaan atau sumber penghasilan lain yang bisa anda coba.
Apakah Sekarang Saat Tepat Untuk Membeli Saham? Jangan Tanya
Apapun kondisi pasar saat ini, pemain saham selalu mempersiapkan diri untuk kejadian terakhir, bukan apa yang akan terjadi kemudian. Kalau bursa sudah turun drastis, investor mengantisipasi bursa turun lebih dalam lagi. Kalau saham naik fantastis, investor berharap saham tersebut akan terus-menerus naik lagi. Masalahnya, apa yang terjadi berikut biasanya tidak sama dengan kejadian terakhir.
“I don’t believe in predicting markets,” kata Peter Lynch. “I believe in buying great companies—especially companies that are undervalued, and/or underappreciated.” Saya tidak berusaha memprediksi arah pasar. Saya berusaha membeli perusahaan yang bagus—terutama perusahaan yang bervaluasi rendah dan/atau kurang diperhatikan, begitu kira-kira terjemahannya.
Peter Lynch berpendapat bahwa walaupun ia tidak dapat memprediksi arah harga saham dalam jangka pendek (di bawah satu tahun), ia yakin bahwa dalam jangka panjang (dengan bingkai waktu tahunan), harga saham perusahaan yang bagus akan naik.
Saya tidak sepenuhnya setuju dengan pandangan ini. Memang saya akui, berusaha memprediksi arah pasar atau harga saham satu tahun dari sekarang adalah usaha yang sia-sia. Tapi saya percaya ada cara untuk mengira-ngira kecenderungan arah pasar, apakah akan naik atau turun dalam waktu dekat (harian atau mingguan). Ini adalah salah satu contoh lagi bahwa anda jangan menelan bulat-bulat semua saran dari pakar karena saran itu belum tentu cocok untuk anda. Untuk jelasnya, silahkan baca pos “Investasi Saham atau Trading Saham, Mana Lebih Baik?”
Berikut ini adalah poin-poin terpenting dari bagian A. Preparing to Invest/Persiapan Untuk Berinvestasi:
- Don’t overestimate the skill and wisdom of professionals. Jangan terlalu percaya pada kemampuan dan kebijaksanan para profesional.
- Take advantage of what you already know. Manfaatkan apa yang sudah anda ketahui.
- Look for opportunities that haven’t yet been discovered and certified by Wall Street—companies that are “off the radar scope.” Cari kesempatan yang belum dilirik pemain saham—perusahaan yang “belum terdeteksi radar.”
- Invest in a house before you invest in a stock. Belilah rumah sebelum anda berinvestasi saham.
- Invest in companies, not in the stock market. Lakukan investasi pada perusahaan, bukan pada bursa saham.
- Ignore short-term fluctuations. Abaikan fluktuasi jangka-pendek.
- Large profits can be made in common stocks. Keuntungan besar bisa didapat dari saham.
- Large losses can be made in common stocks. Kerugian besar bisa didapat dari saham.
- Predicting the economy is futile. Memprediksi ekonomi adalah usaha sia-sia.
- Predicting the short-term direction of the stock market is futile. Memprediksi arah jangka pendek dari bursa saham adalah usaha sia-sia.
- The long-term returns from stocks are both relatively predictable and also far superior to the long-term returns from bonds. Imbal hasi jangka-panjang dari saham relatif bisa diprediksi dan lebih tinggi dari imbal hasil jangka-panjang dari obligasi, atau kalau untuk masyarakat Indonesia, lebih tinggi dari imbal hasil deposito di bank.
- Keeping up with a company in which you own stock is like playing an endless stud-poker hand. Mengikuti perkembangan perusahaan yang sahamnya anda beli adalah seperti main poker berkesinambungan.
- Common stocks aren’t for everyone, nor even for all phases of a person’s life. Main saham belum tentu cocok untuk semua orang, dan juga belum tentu cocok untuk semua tahap kehidupan seseorang.
- The average person is exposed to interesting local companies and products years before the professionals. Orang biasa sudah tahu tentang perusahaan atau produk menarik bertahun-tahun sebelum hal tersebut diketahui oleh professional.
- Having an edge will help you make money in stocks. Mempunyai kelebihan akan membantu anda mendapat untung dari saham.
- In the stock market, one in the hand is worth ten in the bush. Di bursa saham, satu yang tergenggam di tangan jauh lebih berharga dari sepuluh yang masih berkeliaran.
Mau tahu cara Peter Lynch menyeleksi saham-saham yang layak dibeli? Silahkan lanjutkan baca ke pos “Investasi Saham Cara Peter Lynch di Buku ‘One Up on Wall Street’ (Bagian I).”
Pos-pos yang berhubungan:
- Cara Membeli Saham Untuk Pemula
- Kapan Kondisi Ideal Untuk Investasi Saham?
[Pos ini ©2011 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]