Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini (Bagian I)

Protected by Copyscape Online Plagiarism Tool

Di dunia properti dikatakan bahwa tiga hal paling penting adalah lokasi, lokasi, lokasi. Dalam bermain saham tiga hal terpenting adalah cut-loss, cut-loss, cut-loss.

Apakah cut-loss itu?

Cut-loss (memotong kerugian), atau kadang disebut stop-loss (stop kerugian), adalah tindakan menjual (menutup posisi) saham yang rugi. (Saya berasumsi pemain saham di Indonesia membuka posisi dengan membeli dan menutup dengan menjual karena di Bursa Efek Indonesia sulit untuk short-sell.)

Mengapa cut-loss itu penting?

Cut-loss penting karena tidak ada jaminan bahwa saham yang kita beli tidak akan turun. Kalau sudah turun, saham bisa saja turun banyak lalu naik sedikit dan setelah itu turun lebih banyak lagi. Kalaupun akhirnya naik, belum tentu saham itu naik mencapai harga beli kita.

Nah, cut-loss ini berfungsi seperti sekring yang memutuskan aliran listrik tegangan tinggi yang berpotensi membawa bencana. Dengan melakukan cut-loss, kita menjual sebelum saham turun ke harga yang mengancam keselamatan financial kita. Lagipula, tindakan cut-loss kemungkinan besar akan mencegah kita menjual saham di harga rendah ketika saham tersebut malah sudah akan naik.

Mungkin anda menganggap cut-loss hanya patut dilakukan trader dan tidak penting untuk investor. “Saya kan investor jangka panjang,” protes anda dalam hati. “Saya tidak khawatir kalau saham turun.” Oh ya? Mari kita lihat ilustrasi di bawah ini.

Misalkan investor Karim Keukeh membeli saham ENRG di harga 150. Setelah tiga bulan, ENRG naik ke 200. Karim senang tapi ia tidak mau menjual. “Kalau ENRG naik ke 250, saya jual deh,” begitu pikir si Karim. Ketika saham naik ke 250, ia berubah pikiran dan masih tidak mau jual. “Kalau 300 baru saya jual.”
 

ENRG naik ke 280 dan mulai turun. Empat bulan kemudian, saham ENRG turun ke 220, Karim berpikir,”Kalau nanti naik ke 260, saya jual.” Sayangnya saham itu hanya naik ke 240, lalu kembali turun. Ke 200, ke 170, ke 150, ke 110. Dan ENRG bertahan di level 100an selama setahun.

“Sungguh sialan si ENRG,” kata Karim kepada istrinya. “Kalau dia naik ke 125—rugi Rp 25 alias 20%—saya jual deh.” Tiga bulan kemudian, benar ENRG naik ke 125, dan Karim menjualnya. Setelah memegang ENRG hampir 2 tahun Karim menderita rugi 20%, padahal ia bisa untung 60%an kalau menjual di 250.

Urusan Karim dengan ENRG masih belum selesai. Bagaimana selanjutnya? Silahkan klik di sini “Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini (Bagian II).”




Pos-pos yang berhubungan:

  • Cara Melakukan Cut-loss Saham

[Pos ini ©2010 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

Terimakasih telah membaca di Topbisnisonline.com, semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, Aopok.com dan join di komunitas Topoin.com.


Top Bisnis Online
Logo
Compare items
  • Total (0)
Compare
0